Kotbah ; Pdt. Sammy Lee
Jangan kaget. Saya belum murtad, dan belum ada pikiran untuk murtad.
Khotbah saya kali ini berjudul : “Jangan Bayar Perpuluhan.” Benar, anda tidak salah baca. Dan saya tidak salah cetak. Saya harap sesudah membaca khotbah saya hari ini anda akan berhenti membayar perpuluhan! Sejak saya menjadi orang Advent, saya telah mengembalikan perpuluhan. Saya diinsyafkan bahwa Tuhan Allah memiliki seluruh alam ini. Semua yang saya punyai dan peroleh dengan usaha saya, adalah miliknya semata-mata. Saya ingat waktu itu saya menerima Rp. 400.00 setiap bulannya dari bapak saya sebagai pegawai negeri, yaitu bookkeeper pada bagian Tata Usaha PU Propinsi Sulawesi, di Makasar. Dari yang 400 rupiah, 300 adalah untuk membayar ongkos sekolah, dan 100 rupiah adalah untuk uang saku dan keperluan hidupku yang lainnya. Aku kembalikan yang 10 rupiah untuk Tuhan, dan kelihatannya sangat besar pada waktu itu.
Guru kami pada waktu itu mengatakan bahwa itu sebenarnya salah untuk mengatakan kita membayar perpuluhan, karena kalau kita membayar, berarti kita mengeluarkan uang milik kita untuk menukarkannya dengan sesuatu benda atau jasa yang akan kita peroleh. Sedangkan 1/10 dari pendapatan atau perolehan kita , bahkan sebenarnya 10/10 itu adalah milik Tuhan juga. Kita kembalikan kepadaNya yang 1/10 sebagai respons atas cintaNya dan pengakuan kita bahwa bahwa kita milikNya, dan bahwa kita percaya akan janjiNya bahwa Dia akan mencukupkan kebutuhan kita lebih dari yang kita perlukan. (Maleaki 3:8-10).
Jangan kaget. Saya belum murtad, dan belum ada pikiran untuk murtad.
Khotbah saya kali ini berjudul : “Jangan Bayar Perpuluhan.” Benar, anda tidak salah baca. Dan saya tidak salah cetak. Saya harap sesudah membaca khotbah saya hari ini anda akan berhenti membayar perpuluhan! Sejak saya menjadi orang Advent, saya telah mengembalikan perpuluhan. Saya diinsyafkan bahwa Tuhan Allah memiliki seluruh alam ini. Semua yang saya punyai dan peroleh dengan usaha saya, adalah miliknya semata-mata. Saya ingat waktu itu saya menerima Rp. 400.00 setiap bulannya dari bapak saya sebagai pegawai negeri, yaitu bookkeeper pada bagian Tata Usaha PU Propinsi Sulawesi, di Makasar. Dari yang 400 rupiah, 300 adalah untuk membayar ongkos sekolah, dan 100 rupiah adalah untuk uang saku dan keperluan hidupku yang lainnya. Aku kembalikan yang 10 rupiah untuk Tuhan, dan kelihatannya sangat besar pada waktu itu.
Guru kami pada waktu itu mengatakan bahwa itu sebenarnya salah untuk mengatakan kita membayar perpuluhan, karena kalau kita membayar, berarti kita mengeluarkan uang milik kita untuk menukarkannya dengan sesuatu benda atau jasa yang akan kita peroleh. Sedangkan 1/10 dari pendapatan atau perolehan kita , bahkan sebenarnya 10/10 itu adalah milik Tuhan juga. Kita kembalikan kepadaNya yang 1/10 sebagai respons atas cintaNya dan pengakuan kita bahwa bahwa kita milikNya, dan bahwa kita percaya akan janjiNya bahwa Dia akan mencukupkan kebutuhan kita lebih dari yang kita perlukan. (Maleaki 3:8-10).
Bayar Persepuluhan jelas pasti di berkati deh....
BalasHapusayo bayar bagi yang belum bayar persepuluhan.......
:)