Mazmur 1 : 1-3

Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri dijalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencomooh,
Tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam.
Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil

II Timotius 2 : 15 - 16

Usahakanlah supaya engkau layak di hadapan Allah sebagai seorang pekerja yang tidak usah malu, yang berterus terang memberitakan perkataan kebenaran itu.
Tetapi hindarilah omongan yang kosong dan yang tak suci yang hanya menambahkan kefasikan

Mengenai Saya

Jumat, 17 Juli 2009

Curhat deh...


Apa yang harus aku lakukan dalam setiap langkahku untuk melayani Dia yang memberikan aku hidup, dan mengikuti apa yang menjadi kehendak-Nya didalam kehidupan ini, kadang persoalan yang harus aku hadapi dalam hidup ini membuat aku ingin keluar dari hadirat-Nya.
Aku menyadari bahwa Tuhan itu hidup didalam kehidupan orang benar, tetapi kebenaran yang bagaimana yang harus aku ikuti, bagaimana aku bisa membedakan kebenaran itu sendiri, sementara aku bergumul dalam persoalan yang tidak aku mengerti dalam hidup ini, sepertinya persoalan demi persoalan selalu memberikan jalan buntu buat diriku untuk maju dalam melayani Dia.
Aku heran betapa sulitnya mengabil suatu keputusan yang prinsipnya aku harus menghargai persoalan itu, persoalan kehormatan dan keataatan begitu sulit diputuskan, dan setiap keputusan ada resiko yang harus kita bayar ataupun korbankan, Alangkah sulitnya aku untuk mengambil keputusan itu, aku hanya berharap kepada Tuhan Yesus yang merupakan pengharapan yang hidup memberikan aku keberanian untuk mengambil suatu keputusan yang benar dan pasti dalam persoalan hidup ini
Posted by Picasa

Kamis, 28 Mei 2009

Bersekutu dengan Orang Kristen yang Baik

Subyek ini sangat dalam, Carilah orang-orang yang mengangkat dan memberi semangat kepada anda. Berbaurlah dengan orang-orang yang mengetahui bagaimana untuk tertawa dan membawa sukacita ilahi kedalam hidup anda. bertemanlah dengan mereka yang memiliki moral yang sama, kesungguhan bagi Tuhan yang sama dan tujuan yang sama. Teman yang takut akan Tuhan membawa keseimbangan yang baik dalam kehidupan anda. melalui perkumpulan dan hubungan yang benar, hidupmu dapat dipertinggi dan "ditajamkan seperti besi" (Amsal 27 : 17 ). Jika anda tidak memiliki teman rohani, mintalah Tuhan untuk membawa mereka kedalam kehidupan anda. Dia tidak pernah mengecewakan anda

pelayanan konseling

Imajinasi

Imajinasi Manusia adalah bagian dari jiwa tetapi sangat berbeda dari bagian jiwa lainnya. Kita memiliki kemampuan untuk memmbayangkan sesuatu diatas intelektual kita.
Sebagai contoh kita dapat membayangkan sesuatu yang menurut kepandaian belum dapat dilakukan. Kita mungkin menggambarkan atau memimpikan suatu tujuan dan masih belum memiliki kepandaian untuk menetahui bagaimana dapat kesana.

Bagi saya imajinasi adalah bagian yang sangat rohani pada jiwa kita. Imajinasi adalah salah satu modal yang sangat berharga. Saya suka pada sesorang yang telah membayangkan sebuah mimpi dan merealisasikannya.
Imajinasi kita memiliki daya kreasi untuk apa saja bagi Tuhan. Imajinasi kita dapat membangun kreasi yang belum dilihat oleh umat manusia.
Saat kita tidak mengerti prinsip imajinasi, kita akan mememimpikan kehidupan kita keluar. Iman itu bukan fantasi. Imajinasi untuk bermalas-malas tidak dapat menghasilkan apa-apa baik secara fisik maupun rohani.

Imajinasi tanpa tindakan yang tepat pada waktunya tidak akan berbuah. sangat menyedihkan mendengar imajinasi ilahi dari seseorang lalu mereka hanya duduk dan tidak melakukan apa-apa. setelah sepuluh tahun, orang itu datang kepada anda dengan visi yang sama bahkan lebih besar dan baru bekerja pada batu yang pertama.

imajinasi adalah kekuatan yang sangat besar. imajinasi mengubah bangsa-bangsa, kota-kota, gereja-gereja dan komunitas-komunitas. ini berasal dari kehidupan pikiran anda.
Imajinasi sangat penting bagi Tuhan. Jika anda dapat melihat sesuatu dalam imajinasi berarti itu ada dalam jangkauan anda.

Fungsi Kehendak

Bagaimana Anda dapat mengetahui cara kerja kehendak manusia pada jiwa?
Saya berikan contoh yang dapat dengan mudah di mengerti setiap orang.

Katakanlah bahwa anda selesai menikmati hidangan dalam porsi yang besar sementara ibu anda telah membuat kue coklat kesukaan anda dan menaruhnya di meja, saat itu kita tahu persis bahwa anda tidak mampu makan lagi sekalipun satu gigitan.
Tiba-tiba imajinasi Anda masuk dan anda berpikir, "Aku tahu krim dingin, gula-gula yang lembut setebal satu inci diatas kue itu." Memori anda memasukkan ide itu,"Ingat betapa lezatnya kue itu? Terasa Natal baru kemarin". Emosi mulai bereaksi, "Betapa senangnya makan kue coklat buatan ibu bersama-sama.
Akhirnya sebagian dari tubuh anda memberontak, tetapi kehendak anda menentukan keputusan. setiap bagian lain yang ada pada diri anda mengikuti apa yang dikatakan oleh kehendak.
Ilustrasi diatas menyenangkan tetapi dapat membantu mengenali bagian-bagian lain dari jiwa kita. Hal yang sama kebenarannya didalam alam roh. Saat bagian dari jiwa kita mau keluar jalur, kehendak memiliki otoritas untuk membawa kita kembali pada jalur. Jadi tidak ada masalah bagaimana anda akan mengalami ketidak stabilan tetapi kehendak adalah aliran utama anda. Kehendak andalah yang membuat keputusan akhir: salah atau benar. Kehendak adalah bagian terkuat dari manusia jiwa kita.
saat kehendak kita taat kepada Firman dan Roh Tuhan, maka bagian yang lain dari jiwa kita akan segera selaras. Emosi kita akan dipaksa untuk merasakan yang benar, dan pikiran kita akan dilatih untuk berpikir pada hal-hal yang benar. Kehendak manusia merupakan faktor pendisiplin jiwa.
Kehendak manusia tidak lahir baru secara otomatis seperti roh. Pikiran kita harus diubah oleh firman dan dorongan dari dalam kita untuk melayani Tuhan dan memenuhi tujuan-Nya dibumi.
saat kita lahir baru, kehendak kita berubah. Pemberontakan dalam hati kita kepada Tuhan tidak gampang muncul. sekarang kita memiliki kehendak untuk melayani-Nya. sekarang memiliki kehendak untuk melakukan yang benar dan menyenangkanNya

Rabu, 27 Mei 2009

Serba Serbi Kecerdasan Otak

Anda ingin punya otak cerdas dan ingatan yang tajam? Disini saya berikan secara bertahap rahasia untuk mempertajam ingatan anda dengan jalan mengembangkan neuron transmitters (sel syaraf penghubung) anda, sehingga anda dapat memiliki Super Brain, Otak Super!

Didalam tulisan ini anda akan mempelajari beberapa cara untuk meningkatkan daya ingatan anda dan anda akan mendapat beberapa alat untuk mendorong atau meningkatkan efisiensi proses pencatatan data informasi itu. Kita akan menggunakan segala macam metode dan alat bantu dan bukan hanya dari satu sudut saja. Ini mencakup penggunaan keseluruhan daya persepsi dalam diri kita. Saya yakin bahwa kalau anda mempraktekkan apa yang dianjurkan oleh para pakar yang saya rangkum dalam buku ini anda akan menjadi seorang manusia yang mempunyai otak Superman!

Berpikir Positif

Bacalah cerita ini ....
Dijamin bahwa anda akan salah tebak dalam pertanyaan yang diajukan pada akhir cerita ini, kecuali kalau anda pernah membaca kisah ini.

Pada suatu hari ada satu pasangan yang sangat serasi dan saling mengasihi mengadakan perjalanan menumpang bis melewati daerah pegunungan. Ketika bis itu tiba di suatu desa mendekati puncak gunung itu, mereka mengambil keputusan untuk berhenti.

Setelah sepasang suami isteri itu turun dari bis. Bis itu melanjutkan perjalanannya. Tapi baru saja bis itu meluncur dari tempat pemberhentian itu sebuah batu besar terguling dari atas bukit disamping jalan dan menimpa bis itu sehingga hancur dan semua penumpang termasuk sopirnya meninggal seketika. Ketika melihat peristiwa itu, kedua orang itu berseru:

"Wah, salah benar kita meninggalkan bis itu. Seharusnya kita tetap berada didalamnya!" Mengapa mereka bertanya begitu? Untuk jawabannya lihat disebelah bawah. Tapi coba usahakan menjawabnya sendiri sebelum melihat dibawah. .
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Wah, kan aku bilang tadi, coba pikirkan dulu sendiri jawabannya sebelum melihat jawaban yang benar ....... .
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Haiiiyyaaaa, coba pikir lagi dong..... .
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
~ JAWABNYA ~

Kalau mereka itu tidak turun dari bis itu maka bis itu akan meluncur terus sehingga melewati titik berbahaya tadi ketika batu gunung itu tergelinding kebawah ...!!!!

Pelajarannya untuk kita: Hendaklah kita selalu berpikir positif dalam hidup ini dan berusaha untuk mendapat kesempatan menolong menyelamatkan orang lain!

Gigi

Ketika menerima rekening untuk pencabutan sebuah gigi, Pete menelpon dokter giginya dan mengomel, "Masakan anda meminta pembayaran sampai tiga kali lipat dari yang biasanya!" "Ya, aku tahu," jawab si dokter gigi, "habis anda berteriak begitu nyaring sehingga anda menyebabkan dua orang pasien saya lari ketakutan."

Tanda-tanda Mencolok Kedatangan Tuhan Yesus

Penulis ; Pdt.Sammy Lee

Kalau saya bertanya kepada anda “Apakah anda percaya bahwa Tuhan Yesus akan segera kembali?” saya pasti akan mendapat jawaban yang penuh keyakinan: “Tentu saja!” Tidak perlu kita ragu-ragukan bahwa kita sedang hidup pada akhir zaman dan kedatangan Yesus sudah dekat sekali. Nabi Yoel berkata dalam Yoel 1:15, “Wahai, hari itu! Sungguh, hari TUHAN sudah dekat, datangnya sebagai pemusnahan dari Yang Mahakuasa.” Mungkin ada yang berkata, tapi itu kan sudah dituliskan lebih dari dua ribu tahun yang lalu? Tidak salah, ayat itu dituliskan sekitar duaribu lima ratus tahun yang lalu. Tapi ayat ini menggambarkan keadaan dunia pada akhir zaman, dimana penduduk dunia akan menerima pehukuman dari Tuhan oleh karena kejahatan mereka yang telah memuncak. Kita yang hidup pada zaman ini, baik yang percaya kepada Alkitab maupun yang tidak percaya semuanya tidak ada yang membantah bahwa kita sedang hidup dizaman apabila kejahatan manusia sedang mencapai puncaknya.

Sekarang mari kita dengarkan apa yang dikatakan oleh penulis Alkitab yang terakhir, rasul Yohanes, dalam Wahyu 22:7, “"Sesungguhnya Aku datang segera.” dan didalam pasal yang sama ayat yang ke 20: "Ya, Aku datang segera!"

Nah, sekali lagi saya bertanya: “Apakah anda percaya Yesus akan kembali dengan segera?” Jawab saya adalah: “Tentu saja!” “Apakah kita dapat menentukan tanggalnya dengan pasti kapan Dia akan kembali?” “Jelas tidak dapat!” Tanggalnya tidak dapat kita tentukan. Hari dan jamnya, tidak diketahui seorang pun juga! Tapi berulang-ulang kali Yesus sendiri mengatakan bahwa kalau itu sudah dekat, kita akan mengetahuinya. Melihat tanda-tanda yang Dia berikan yang akan menunjukkan waktu kedatanganNya sudah dekat, hampir semuanya sudah di genapi, kita dapat merasa yakin, seyakin-yakinnya bahwa hal itu sudah tidak lama lagi.

Jangan Bayar Perpuluhan

Kotbah ; Pdt. Sammy Lee

Jangan kaget. Saya belum murtad, dan belum ada pikiran untuk murtad.
Khotbah saya kali ini berjudul : “Jangan Bayar Perpuluhan.” Benar, anda tidak salah baca. Dan saya tidak salah cetak. Saya harap sesudah membaca khotbah saya hari ini anda akan berhenti membayar perpuluhan! Sejak saya menjadi orang Advent, saya telah mengembalikan perpuluhan. Saya diinsyafkan bahwa Tuhan Allah memiliki seluruh alam ini. Semua yang saya punyai dan peroleh dengan usaha saya, adalah miliknya semata-mata. Saya ingat waktu itu saya menerima Rp. 400.00 setiap bulannya dari bapak saya sebagai pegawai negeri, yaitu bookkeeper pada bagian Tata Usaha PU Propinsi Sulawesi, di Makasar. Dari yang 400 rupiah, 300 adalah untuk membayar ongkos sekolah, dan 100 rupiah adalah untuk uang saku dan keperluan hidupku yang lainnya. Aku kembalikan yang 10 rupiah untuk Tuhan, dan kelihatannya sangat besar pada waktu itu.

Guru kami pada waktu itu mengatakan bahwa itu sebenarnya salah untuk mengatakan kita membayar perpuluhan, karena kalau kita membayar, berarti kita mengeluarkan uang milik kita untuk menukarkannya dengan sesuatu benda atau jasa yang akan kita peroleh. Sedangkan 1/10 dari pendapatan atau perolehan kita , bahkan sebenarnya 10/10 itu adalah milik Tuhan juga. Kita kembalikan kepadaNya yang 1/10 sebagai respons atas cintaNya dan pengakuan kita bahwa bahwa kita milikNya, dan bahwa kita percaya akan janjiNya bahwa Dia akan mencukupkan kebutuhan kita lebih dari yang kita perlukan. (Maleaki 3:8-10).

Kursi Bapak Yang Kosong

Anak perempuan dari seorang telah meminta pendeta dari gereja setempat untuk datang berdoa dengan bapaknya. Ketika pendeta itu tiba dirumah itu dia dapati orang itu sedang terbaring di tempat tidurnya diatas dua bantal yang tersusun. Sebuah kursi yang kosong terletak disamping ranjang itu. Si pendeta tadi berpikir tentu orang itu sudah diberitahukan akan kunjungannya kerumah itu.
Saya pikir tentu anda sedang menunggu kedatangan saya, dia berkata. 'Tidak, siapakah anda?' tanya bapak itu. Pendeta tadi memberitahukan namanya kemudian melanjutkan, "Saya melihat kursi yang kosong itu, jadi saya sangka anda sudah tahu bawa saya akan datang berkunjung." "Oh, ya, mengenai kursi itu,"kata orang yang kelihatan sakit payah tak dapat berdiri dari ranjangnya itu. "Bolehkah anda tolong menutup pintu itu?" I guess you were expecting me, he said.
Merasa sedikit keheranan, pendeta itu menutup pintu kamar itu. "Saya tidak pernah menceritakan hal ini kepada siapa pun , kepada anak perempuan ku pun tak pernah." kata si orang itu. "Tetapi sepanjang umur hidup saya, saya tidak pernah tahu bagaimana caranya berdoa. Digereja saya selalu mendengar pendeta berkhotbah tentang berdoa, tapi itu hanya lalu saja begitu melampaui kepala saya." Saya berhenti berusaha berdoa sama sekali," orang tua itu melanjutkan, "sehingga pada suatu hari kira-kira empat tahun yang lalu, seorang sahabat baikku berkata kepadaku, "Johnny, doa itu adalah suatu hal yang sederhana yaitu anda mengadakan percakapan dengan Yesus. Inilah anjuran saya. Anda duduklah disatu kursi, kemudian didepan anda letakkan satu kursi yang kosong, kemudian dalam iman anda lihatlah Yesus sedang duduk dikursi itu. Ini bukan satu pikiran yang aneh, karena Dia berjanji, 'Aku akan beserta dengan kamu selamnya.' "Kemudian anda bercakap dengan dia seperti caranya anda berbicara dengan saya sekarang." Jadi saya coba itu dan saya sangat menyukainya sehingga saya telah melakukan itu selama dua jam setiap hari. Saya sangat berhati-hati dalam soal ini. Kalau anak perempuan saya melihat saya berbicara kepada kursi yang kosong, pasti dia akan jadi senewen atau gegawang dan akan mengirim saya kerumah sakit jiwa."
Si pendeta sangat terharu mendengar cerita itu dan menganjurkan supaya meneruskan pengalaman ini. Kemudian dia berdoa dengan orang itu dan setelah itu mengurapinya dengan minyak dan kembali ke gerejanya. Dua malam kemudian anak perempuan itu menilpon pendeta tadi dan menyampaikan bahwa bapaknya sudah meninggal pada sore hari itu. "Apakah dia meninggal dengan tenang?" dia bertanya. "Ya, pada waktu saya akan meninggalkan pada jam dua sore, dia memanggil saya kesamping tempat tidurnya, mengatakan bahwa dia mencintai saya dan kemudian mencium pipi saya. Waktu saya kembali dari toko sejam kemudian, saya dapati bahwa dia sudah meninggal. Tapi ada sesuatu yang aneh dalam kematiannya itu. Kelihatannya, sebelum bapak meninggal, dia telah mengangkat kepalanya lalu membaringkan itu diatas kursi disamping ranjangnya. Menurut anda apa yang telah terjadi?" Si pendeta menyeka linangan air matanya dan berkata, "Betapa aku harapkan kalau kita semua bisa meninggal dengan cara demikian."

Saksi Yehova

Saksi Yehova atau Yehova Witnesses adalah aliran agama yang sering mengaku sabagai Kristen, Padahal banyak ajarannya yang bertentangan dengan kekeristenan. Anggota Saksi Yehova rajin melakukan kunjungan dan penginjilan pribadi, Khususnya kerumah orang Kristen yang sudah bergereja, sambil menyebarkan literatur dan mengajak jemaat untuk memperdebatkan kepercayaan mereka dengan tujuan menarik anggota jemaat tersebut untuk menjadi pengikut dari ajaran Saksi Yehova.
Nama Saksi Yehova ini didasarkan pada Yesaya 43:10-12-"Kamu inilah saksi-saksiKu,'demikianlah firman Tuhan,dan hambaKu yang telah terpilih, supaya kamu tahu dan percaya kepadaKu dan mengerti, bahwa Aku tetap Dia. sebelum Aku tidak ada Allah dibentuk, dan sesudah Aku tidak ada lagi. Aku,Akulah yang memberitahukan, menyelamatkan dan mengabarkan, dan bukannya allah asing yang ada diantaramu. Kamulah saksi-saksiKu,'demikianlah firman Tuhan,'dan Akulah Allah". dalam ayat itu muncul kata 'Tuhan' yang berasal dari kata Ibrani YHWH, yang mereka baca Yehova /Yehuwa. Dari situ akhirnya muncul nama:'Saksi Yehova' untuk gerakannya dan 'Saksi-saksi Yehova' untuk orang-orangnya.

Penekanan pelayanan pemberitaan 'Injil' mereka luar biasa, selain mereka sebagai sekte yang paling berbahaya, pelayanan mereka juga mengalami pertumbuhan yang luar biasa pesatnya
Mereka bisa bertumbuh begitu pesat karena Saksi Yehova tidak membedakan antara pendeta dengan orang awam. Semua anggota Saksi Yehova di dorong dan dilatih untuk memberitakan injil, khususnya kepada orang kristen yang tidak terlalu mengerti dengan Alkitab.
Sikap militan dan agresif dalam penginjilan ini mereka rela mengorbankan waktu, tenaga dan uang demi kegerakan mereka.
"waspadalah karena mereka mungkin ada di lingkungan anda saat ini"

Tuhan Ingin Anda Sukses

Strategi setan nomor satu agar kamu gagal adalah sifat suka menunda-nunda (prokrastinasi). Sadari bahwa sekaranglah saat terbaik bagimu untuk mengisi hidupmu dan berkarya secara produktif. Jika kamu ingin mempersulit pekerjaan yang sebenarnya mudah, maka tundalah menyelesaikan pekerjaan itu secara terus menerus.

Kata Joseph Newton, “Tugas yang dihindari tidak ubahnya hutang yang belum terbayar. Hutang itu belum terlunasi, hanya ditunda dan suatu saat kita harus mengembalikan hutang-hutang kita itu” Kerja adalah investasi terbaik yang bisa kamu lakukan untuk mengisi waktu.

Krisis Pernikahan

Sepasang suami istri baru saja bertengkar selama beberapa waktu.
Setelah hati dan kepala mulai dingin, si istri menghampiri suaminya yang sedang melihat-lihat surat kawin mereka, "Apa yang sedang kamu lakukan?"
Si suami mencoba menyembunyikan dokumen yang ada di tangannya dan berkata, "Aku tidak melakukan apa-apa."
Si istri yang telah melihat dokumen itu, sangat kecewa. "Tidak melakukan apa-apa? Aku melihatmu membaca surat kawin kita. Mengapa kamu berbohong! Kamu sudah mengamati surat kawin itu, dari atas sampai bawah, dibolak-balik lagi! Untuk apa itu?"
Merasa kesal, si suami berkata, "Baiklah jika kamu ingin tahu. Dari tadi aku sedang mencari tanggal kadaluarsa surat kawin ini!"

Beragama dalam Kepalsuan

Tidak bisa dipungkiri jika ada orang yang punya motivasi tertentu dalam beragama. Ini perlu dibedah supaya kita

Ucapan itu dilatarbelakangi peristiwa ketika Yesus memberi makan 5.000 orang hanya dengan lima roti dan dua ikan. Mukjizat itu memang membuat perut orang-orang yang hadir menjadi kenyang. Di lain sisi, hal itu memberi kesan tersendiri, yakni makan gratis. Kesan lainnya: ternyata ikut Tuhan tidak lapar. Di sini terlihat aktivitas keagamaan yang sangat menarik, di mana orang-orang mencari dan menemukan Yesus di seberang laut. Bagi mereka, Kristus tampak sebagai sesuatu yang sangat indah dan luar biasa. Untuk mencari Yesus, mereka meninggalkan aktivitas, keluarga, dan lain-lain.

Ini kegiatan keagamaan yang patut dipuji. Saat mencari Yesus mereka tampak beragama. Tetapi Yesus tidak memuji. Sementara gereja masa kini tentu akan berterimakasih dan memuji jemaat yang terus datang mencari Tuhan, sekalipun pencarian itu dilatari dua kemungkinan: palsu atau asli, atau ada selubung tertentu. Tapi gereja memang bukan Tuhan. Gereja tidak peka seperti Yohanes Pembaptis, yang tahu kepalsuan hati orang-orang yang mau dibaptis itu, maka dia pun menghardik, “Pulang kau ular-ular beludak!”

Orang zaman sekarang memang kurang peka dibanding para rasul. Mungkin itu sebabnya kita mudah menipu dan tertipu dalam konteks beragama. Tetapi yang namanya asli atau palsu bisa dikenali Tuhan, sehingga Ia berkata (ayat 26), “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencariku bukan karena telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang”. Mereka memang tidak bisa melihat kenyataan bahwa Yesus itu sejatinya Tuhan. Jadi, mereka mencari Yesus bukan untuk memuji dan memuliakan Dia. Artinya, mereka mencari Tuhan karena masalah ekonomi, masalah uang.

Beragam motivasi

Yesus melakukan mukjizat atau tanda-tanda, supaya orang-orang bisa mengerti dan mengenal Allah dalam Dia. Tetapi mereka memang bukan mencari itu. Sementara, perempuan Samaria (Yohanes 4), menemukan dan tahu bahwa Dia-lah Mesias, anak Allah yang hidup. Tetapi banyak orang mencari Yesus yang bisa kasih makan. Yang mereka cari adalah roti yang bisa mengenyangkan perut. Dalam Yohanes 6: 36 dikatakan, “Tetapi Aku berkata kepadamu, sungguh pun kamu telah melihat Aku, kamu tidak percaya”. Artinya, orang bisa beragama karena berbagai kondisi, misalnya karena frustrasi, sakit, dan sebagainya. Mereka beragama dalam kepalsuan. Dalam Alkitab, banyak contoh orang yang keberagamaannya “asli”, seperti perempuan Samaria tadi. Yang palsu juga banyak. Contohnya, orang-orang yang menyalibkan Yesus, mereka adalah ahli-ahli Taurat, yang lebih mengerti tentang agama.

Di gereja, banyak orang berdalih mencari Yesus, namun sejatinya mereka hanya mencari roti yang dibuat-Nya. Mereka mencari Yesus untuk mengenyangkan perut, untuk memuaskan kebutuhan. Tapi mereka tidak bisa menipu Yesus yang bisa melihat hati dan membongkar kepalsuan beragama yang tumbuh subur masa kini. Orang dengan segudang motivasi bisa ada di gereja. Mereka bisa menaikkan doa-doa yang tampak-nya muluk dan luar biasa. Orang-orang ini, tingkat kerajinannya amat mengagumkan. Karena apa? Karena memang punya kepentingan perut. Maka mereka pun “rajin” mencari Kristus. Tampaknya indah. Tetapi mereka mencari Yesus supaya perut mereka terisi, ekonomi terjamin, kenyang dan puas. Keberagamaan yang ujung-ujungnya perut, suatu hal yang berbahaya dalam kehidupan jemaat. Realita persoalan perut, ekonomi ini terus bergulir dari masa ke masa, tak bisa dihindari. Jangankan pada jaman sekarang yang sangat modern, di jaman Yesus pun sudah ada motivasi palsu dalam beragama.

Maka perut-perut yang lapar ini menciptakan kepalsuan. Dan bukan hanya demi perut, demi status sosial, orang bisa melakukan banyak cara. Akhirnya kesaksian palsu pun banyak mengalun untuk uang! Kesulitan-kesulitan direkayasa. Penipuan–penipuan dengan dalih persoalan kesulitan kehidupan yang mengatasnamakan Yesus muncul di gereja. Hal semacam ini sudah jadi mainan, dan tidak lagi menimbulkan rasa takut. Celakanya banyak orang Kristen tertipu karena tidak lagi peka mendengar suara Allah. Ini sangat menakutkan, karena ternyata bukan hanya kesaksian, khotbah pun bisa diperjualbelikan.

Teguran keras terhadap orang Israel di masa lampau, kiranya bisa kita cermati sebagai teguran keras Yesus kepada kita. Jangan mencari Kristus hanya karena bangkrut. Jangan mencari Kristus hanya karena perlu jaminan keuangan atau tertimpa persoalan bisnis. Seriuslah beragama, jangan sampai Tuhan berkata, “Kalian bukan mencari Aku, tetapi mencari roti yang sudah membuat perutmu kenyang. Kalian tidak mencari Aku, karena sekalipun kalian mencari dan melihat Aku, kalian tidak percaya”. Hati-hati!

Pengikut Kristus Berani Tampil Beda

KRISTEN tidak hanya agama besar. Kristen menjadi identitas yang jelas dan tegas bagi para penganutnya. Seorang Kristen tidak akan malu menyebut agamanya, dan tidak akan merasa terhina karenanya. Namun dari mana asal-usul istilah Kristen? Ini perlu kita ketahui agar kita tidak hanya menyebut diri Kristen tanpa memahami makna dan hakekat kekristenan yang sesungguhnya.

Dalam Kisah Para Rasul 11: 26 tertulis, “Mereka tinggal bersama-sama jemaat itu satu tahun lamanya sambil mengajar banyak orang. Di Antiokhialah murid-murid itu untuk pertama kalinya disebut Kristen”. Sebutan “Kris-ten” itu datang dari orang-orang kafir dan ditujukan bagi orang-orang pengikut Kristus yang diang-gap, unik, aneh di tengah-tengah masyarakat kafir, pemuja banyak tuhan (politeisme). Di Antiokhia, ibu kota suatu provinsi di Syria ketika itu memang banyak orang Yahudi perantauan yang kemudian menjadi orang Kristen. Antiokhia yang saat itu berada di bawah pemerintahan Romawi, adalah kota yang cukup maju, moderat, dihuni masyarakat yang cara berpikirnya “rasional”.

Bagi mereka, orang-orang Kristen itu lain, tidak masuk akal. Orang Kristen dianggap aneh dan bodoh. Orang-orang Kristen tampak terlalu sopan di tengah kehidupan yang sangat vulgar dan borjuis. Ajaran-ajaran Kristen dinilai aneh oleh warga kota yang suka berpesta pora. Mereka menganggap bodoh orang Kristen yang mau saja disuruh mengendalikan diri dan hidup suci. Mereka menganggap pemahaman kekristenan itu sangat membelenggu kemanusiaan. Oleh karena itu kekristenan sangat tidak menarik bagi mereka. Maka untuk membedakan mereka dari kelompok pengikut Kristus itu, dengan sinis mereka menyebut mereka “Kristen”.

Jadi, istilah Kristen berasal dari orang di luar Kristen dengan maksud mengejek atau mengolok-olok para pengikut Kristus yang dinilai aneh itu. Uniknya, kata-kata sindiran “si Kristen” atau “si pengikut Kristus” justru diterima sepenuhnya oleh orang-orang Kristen pertama itu, karena mereka merasa terhormat disebut sebagai pengikut Kristus. Meski diolok-olok serta dihina, mereka bangga karena memang mereka pengikut Kristus. Seharusnya begitulah semangat pemahaman yang utuh tentang Kristen. Kalau kita merasa sebagai pengikut Kristus, boleh menyebut diri Kristen. Tetapi kita juga harus jujur, bagaimana kita bisa menyebut diri orang Kristen jika kita tidak benar-benar mengikut Kristus?

Di Antiokhia, pengikut Kristus disebut “Kristen” dalam rangka menghina. Tetapi cercaan itu jus-tru direspon secara positif oleh je-maat Antiokhia. Mereka menerima sebutan itu karena merasa terhor-mat sebagai pengikut Kristus. Saat ini, apakah kita pun merasa ter-hormat menjadi pengikut Kristus, atau sebaliknya? Jika merasa ter-hormat sebagai pengikut-NYA, apakah kita menaruh hormat ter-hadap hidup kekeristenan? Ataukah justru kita membuat orang tidak hormat pada kekristenan gara-gara kita mempertontonkan gaya hidup tidak bermoral, tidak jujur, dan sebagainya?

Bangga dan terhormat

Jangan menyederhanakan istilah ini. Jangan menyederhanakan panggilan ini. Jika merasa diri sebagai seorang Kristen, jadilah pengikut Kristus yang sejati. Ingat, awalnya istilah “Kristen” untuk menghina para pengikut Kristus, tetapi justru diresponi para pe-ngikut Kristus dengan positif. Meski dihina, dimaki, mereka jalan terus, tidak berhenti. Ini suatu fakta menarik. Bagi orang Kristen mula-mula, adalah sebuah kehormatan diolok-olok sebagai pengikut Kristus. Apa pun risikonya, mereka tetap maju. Kini, kita dan kekristenan menjadi pertanyaan. Apakah dewasa ini kita menjadi orang Kristen terhormat, yang menjadi pengikut setia Kristus? Apakah kita menghormati suatu gaya hidup kristiani, yang sesuai dengan kehendak Kri-stus? Apakah kekristenan memberi kita identitas bahwa kita adalah seorang pengikut Kristus, bukan pe-ngikut dunia? Sebagai Kristen, identitas kita harus jelas dan berbeda dari orang dunia.

Oleh karena itu, adalah tugas dan tanggung jawab kita, ketika berani menyebut diri sebagai orang Kristen, maka kita harus menjadi orang terhormat menjadi pengikut Kristus yang sekaligus menghormati gaya hidup Kristen. Gaya hidup kristiani sesuai dengan ketetapan-ketetapan Kristus, bukan ketetapan gereja atau golongan, tetapi harus mengacu pada kebenaran firman. Karena kita pengikut Kristus, ikuti saja jejak-NYA. Karena kita pengikut Kritus, ikuti saja apa yang dilakukan-NYA.

Orang Kristen harus punya spirit yang sangat kuat. Kekristenan membuat kita menjadi orang yang siap hidup berbeda dari yang bukan Kristen, dalam kualitas iman dan moral. Dulu, di Antiokhia, istilah Kristen atau si pengikut Kristus, menunjukkan suatu klasifikasi perbedaan iman dan moral. Jaman sekarang pun seharusnya demikian. Kalau kita bangga dan terhormat menjadi orang Kristen maka kita menjadi orang yang siap hidup beda dari orang-orang yang bukan Kristen, dalam kualitas iman dan moral.

Kita tidak perlu membuktikan sebagai orang Kristen yang baik dengan cara memegang tampuk kekuasaan lalu mengendalikan orang lain, misalnya. Kita tidak perlu menyebut diri orang Kristen dengan memaksa orang lain me-nyebut kita baik. Kita tidak perlu membayar supaya orang berteriak bahwa kita baik. Tidak perlu menggunakan kekuatan supaya orang lain berkata kita baik. Siap berbeda dengan orang yang bukan Kristen bukan dengan cara seperti itu, tetapi siap berbeda seperti kata Roma 12: 2, “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi ber-ubahlah karena pembaruan budimu…”

Berubahlah sehingga kita mengerti apa yang menjadi kehendak Allah, karena kita adalah seorang Kristen, pengikut Kristus yang sejati. Siapkah kita menjadi tidak sama dengan dunia ini? Siapkah kita berbeda untuk menunjukkan kualitas iman dan moral?

Selasa, 26 Mei 2009

Dari Mana Asalnya Alkitab

SEJARAH TERBENTUKNYA KITAB-KITAB PERJANJIAN LAMA

Alkitab Gereja Katolik terdiri dari 73 kitab, yaitu Perjanjian Lama terdiri dari 46 kitab sedangkan Perjanjian Baru terdiri dari 27 kitab. Bagaimanakah sejarahnya sehingga Alkitab terdiri dari 73 kitab, tidak lebih dan tidak kurang? Pertama, kita akan mengupas kitab-kitab Perjanjian Lama yang dibagi dalam tiga bagian utama: Hukum-hukum Taurat, Kitab nabi-nabi dan Naskah-naskah. Lima buku pertama: Kitab Kejadian, Kitab Keluaran, Kitab Imamat dan Kitab Bilangan dan Kitab Ulangan adalah intisari dan cikal-bakal seluruh kitab-kitab Perjanjian Lama. Pada suatu ketika dalam sejarah, ini adalah Kitab Suci yang dikenal oleh orang-orang Yahudi dan disebut Kitab Taurat atau Pentateuch.

Selama lebih dari 2000 tahun, nabi Musa dianggap sebagai penulis dari Kitab Taurat, oleh karena itu kitab ini sering disebut Kitab Nabi Musa dan sepanjang Alkitab ada referensi kepada "Hukum Nabi Musa". Tidak ada seorangpun yang dapat memastikan siapa yang menulis Kitab Taurat, tetapi tidak disangkal bahwa nabi Musa memegang peran yang unik dan penting dalam berbagai peristiwa-peristiwa yang terekam dalam kitab-kitab ini. Sebagai orang Katolik, kita percaya bahwa Alkitab adalah hasil inspirasi Ilahi dan karenanya identitas para manusia pengarangnya tidaklah penting.

Nabi Musa menaruh satu set kitab di dalam Tabut Perjanjian (The Ark of The Covenant) kira-kira 3300 tahun yang lalu. Lama kemudian Kitab Para Nabi dan Naskah-naskah ditambahkan kepada Kitab Taurat dan membentuk Kitab-kitab Perjanjian Lama. Kapan tepatnya isi dari Kitab-kitab Perjanjian Lama ditentukan dan dianggap sudah lengkap, tidaklah diketahui secara pasti. Yang jelas, setidaknya sejak lebih dari 100 tahun sebelum kelahiran Kristus, Kitab-kitab Perjanjian Lama sudah ada seperti umat Katolik mengenalnya sekarang.

Kitab-kitab Perjanjian Lama pada awalnya ditulis dalam bahasa Ibrani (Hebrew) bagi Israel, umat pilihan Allah. Tetapi setelah orang-orang Yahudi terusir dari tanah Palestina dan akhirnya menetap di berbagai tempat, mereka kehilangan bahasa aslinya dan mulai berbicara dalam bahasa Yunani (Greek) yang pada waktu itu merupakan bahasa internasional. Oleh karena itu menjadi penting kiranya untuk menyediakan bagi mereka, terjemahan seluruh Kitab Perjanjian Lama dalam bahasa Yunani. Pada waktu itu di Alexandria berdiam sejumlah besar orang Yahudi yang berbahasa Yunani. Selama pemerintahan Ptolemius II Philadelphus (285 - 246 SM) proyek penterjemahan dari seluruh Kitab Suci orang Yahudi ke dalam bahasa Yunani dimulai oleh 70 atau 72 ahli-kitab Yahudi - menurut tradisi - 6 orang dipilih mewakili setiap dari 12 suku bangsa Israel. Terjemahan ini diselesaikan sekitar tahun 250 - 125 SM dan disebut Septuagint, yaitu dari kata Latin yang berarti 70 (LXX), sesuai dengan jumlah penterjemah. Kitab ini sangat populer dan diakui sebagai Kitab Suci resmi (kanon Alexandria) kaum Yahudi diaspora (=terbuang), yang tinggal di wilayah Asia Kecil dan Mesir. Pada waktu itu Ibrani adalah bahasa yang nyaris mati dan orang-orang Yahudi di Palestina umumnya berbicara dalam bahasa Aram. Jadi tidak mengherankan kalau Septuagint adalah terjemahan yang digunakan oleh Yesus, para Rasul dan para penulis kitab-kitab Perjanjian Baru. Bahkan, 300 kutipan dari Kitab Perjanjian Lama yang ditemukan dalam Kitab Perjanjian Baru adalah berasal dari Septuagint. Harap diingat juga bahwa seluruh Kitab Perjanjian Baru ditulis dalam bahasa Yunani.

Setelah Yesus disalibkan dan wafat, para pengikut-Nya tidak menjadi punah tetapi malahan menjadi semakin kuat. Pada sekitar tahun 100 Masehi, para rabbi (imam Yahudi) berkumpul di Jamnia, Palestina, mungkin sebagai reaksi terhadap umat Kristen. Dalam konsili Jamnia ini mereka menetapkan empat kriteria untuk menentukan kanon (=standard) Kitab Suci mereka: [1] Ditulis dalam bahasa Ibrani; [2] Sesuai dengan Kitab Taurat; [3] lebih tua dari jaman Ezra (sekitar 400 SM); [4] dan ditulis di Palestina. Atas kriteria-kriteria diatas mereka mengeluarkan kanon baru untuk menolak tujuh buku dari kanon Alexandria, yaitu seperti yang tercantum dalam Septuagint, yaitu: Tobit, Yudit, Kebijaksanaan Salomo, Sirakh, Barukh, 1 Makabe, 2 Makabe, berikut tambahan-tambahan dari kitab Ester dan Daniel. (Catatan: Surat Nabi Yeremia dianggap sebagai pasal 6 dari kitab Barukh). Hal ini dilakukan atas alasan bahwa mereka tidak dapat menemukan versi Ibrani dari kitab-kitab yang ditolak diatas.

Gereja Kristen tidak menerima hasil keputusan rabbi-rabbi Yahudi ini dan tetap terus menggunakan Septuagint. Pada konsili di Hippo tahun 393 Masehi dan konsili Kartago tahun 397 Masehi, Gereja secara resmi menetapkan 46 kitab hasil dari kanon Alexandria sebagai kanon bagi Kitab-kitab Perjanjian Lama. Selama enam belas abad, kanon Alexandria diterima secara bulat oleh Gereja. Masing-masing dari tujuh kitab yang ditolak oleh konsili Jamnia, dikutip oleh para Bapa Gereja perdana (Church Fathers) sebagai kitab-kitab yang setara dengan kitab-kitab lainnya dalam Perjanjian Lama. Bapa-bapa Gereja, beberapa diantaranya disebutkan disini: St. Polycarpus, St. Irenaeus, Paus St. Clement, dan St. Cyprianus adalah para pemimpin spiritual umat Kristen yang hidup pada abad-abad pertama dan tulisan-tulisan mereka - meskipun tidak dimasukkan dalam Perjanjian Baru - menjadi bagian dari Deposit Iman. Tujuh kitab berikut dua tambahan kitab yang ditolak tersebut dikenal oleh Gereja Katolik sebagai Deuterokanonika (second-listed), atau kanon kedua. Disebut demikian karena disertakan dalam kanon Kitab Suci setelah melalui banyak perdebatan.

GEREJA KATOLIK MENDAHULUI KITAB PERJANJIAN BARU

Seperti Kitab-kitab Perjanjian Lama, Kitab-kitab Perjanjian Baru juga tidak ditulis oleh satu orang, tetapi adalah hasil karya setidaknya delapan orang. Kitab Perjanjian Baru terdiri dari 4 kitab Injil, 14 surat Rasul Paulus, 2 surat Rasul Petrus, 1 surat Rasul Yakobus, 1 surat Rasul Yudas, 3 surat Rasul Yohanes dan Wahyu Rasul Yohanes dan Kisah Para Rasul yang ditulis oleh Santo Lukas, yang juga menulis Kitab Injil yang ketiga. Sejak kitab Injil yang pertama yaitu Injil Matius sampai kitab Wahyu Yohanes, ada kira-kira memakan waktu 50 tahun. Tuhan Yesus sendiri, sejauh yang kita ketahui, tidak pernah menuliskan satu barispun dari kitab Perjanjian Baru. Dia tidak pernah memerintahkan para Rasul untuk menuliskan apapun yang diajarkan oleh-Nya. Melainkan Dia berkata: "Maka pergilah dan ajarlah segala bangsa" (Matius 28:19-20), "Barangsiapa mendengarkan kamu, ia mendengarkan Aku" (Lukas 10:16).

Apa yang Yesus perintahkan kepada mereka persis sama seperti apa yang Yesus sendiri lakukan: menyampaikan Firman Allah kepada orang-orang melalui kata-kata, meyakinkan, mengajar, dan menpertobatkan mereka dengan bertemu muka. Jadi bukan melalui sebuah buku yang mungkin bisa rusak dan hilang, dan disalah tafsirkan dan diubah-ubah isinya, melainkan melalui cara yang lebih aman dan alami dalam menyampaikan firman yaitu dari mulut ke mulut. Demikianlah para Rasul mengajar generasi seterusnya untuk melakukan hal yang serupa setelah mereka meninggal. Oleh karena itu melalui Tradisi seperti inilah Firman Allah disampaikan kepada generasi-generasi umat Kristen sebagaimana pertama kali diterima oleh para Rasul.

Tidak satu barispun dari kitab-kitab Perjanjian Baru dituliskan sampai setidaknya 10 tahun setelah wafatnya Kristus. Yesus disalibkan pada circa tahun 33 dan kitab Perjanjian Baru yang pertama ditulis yaitu surat 1 Tesalonika baru ditulis sekitar tahun 50 Masehi. Sedangkan kitab terakhir yang ditulis yaitu kitab Wahyu Yohanes pada sekitar 90-100 Masehi. Jadi anda bisa melihat kesimpulan penting disini: Gereja dan iman Katolik sudah ada sebelum Alkitab dijadikan. Beribu-ribu orang bertobat menjadi Kristen melalui khotbah para Rasul dan missionaris di berbagai wilayah, dan mereka percaya kepada kebenaran Ilahi seperti kita percaya sekarang, dan bahkan menjadi orang-orang kudus tanpa pernah melihat ataupun membaca satu kalimatpun dari kitab Perjanjian Baru. Ini karena alasan yang sederhana yaitu bahwa pada waktu itu Alkitab seperti yang kita kenal, belum ada. Jadi, bagaimanakah mereka menjadi Kristen tanpa pernah melihat Alkitab? Yaitu dengan cara yang sama orang non-Kristen menjadi Kristen pada masa kini, yaitu dengan mendengar Firman Allah dari mulut para misionaris.

GEREJA KATOLIK MENETAPKAN KITAB PERJANJIAN BARU

Ke-dua puluh tujuh kitab diterima sebagai Kitab Suci Perjanjian Baru baik oleh umat Kristen Katolik maupun Kristen lain. Pertanyaannya adalah: Siapa yang memutuskan kanonisasi Perjanjian Baru sebagai kitab-kitab yang berasal dari inspirasi Allah? Kita tahu bahwa Alkitab tidak jatuh dari langit, jadi darimana kita tahu bahwa kita bisa percaya kepada setiap kita-kitab tersebut?

Berbagai uskup membuat daftar kitab-kitab yang diakui sebagai inspirasi Ilahi, diantaranya: [1] Mileto, uskup Sardis pada tahun 175 Masehi; [2] Santo Irenaeus, uskup Lyons - Perancis pada tahun 185 Masehi; [3] Eusebius, uskup Caesarea pada tahun 325 Masehi.

Pada tahun 382 Masehi, didahului oleh Konsili Roma, Paus Damasus menulis dekrit yang menulis daftar kitab-kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang terdiri dari 73 kitab.

Konsili Hippo di Afrika Utara pada tahun 393 menetapkan ke 73 kitab-kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.

Konsili Kartago di Afrika Utara pada tahun 397 menetapkan kanon yang sama untuk Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Catatan: Ini adalah konsili yang dianggap oleh banyak pihak non-Katolik sebagai yang menentukan bagi kanonisasi kitab-kitab dalam Perjanjian Baru.

Paus Santo Innocentius I (401-417) pada tahun 405 Masehi menyetujui kanonisasi ke 73 kitab-kitab dalam Alkitab dan menutup kanonisasi Alkitab.

Jadi kanonisasi Alkitab telah ditetapkan di abad ke empat oleh konsili-konsili Gereja Katolik dan para Paus pada masa itu. Sebelum kanon Alkitab ditetapkan, ada banyak perdebatan. Ada yang beranggapan bahwa beberapa kitab Perjanjian Baru seperti surat Ibrani, surat Yudas, kitab Wahyu, dan surat 2 Petrus, adalah bukan hasil inspirasi Allah. Sementara pihak lain berpendapat bahwa beberapa kitab yang tidak dikanonisasi seperti: Gembala Hermas, Injil Petrus dan Thomas, surat-surat Barnabas dan Clement adalah hasil inspirasi Allah. Keputusan resmi wewenang Gereja Katolik menyelesaikan hal diatas sampai sekitar 1100 tahun kemudian. Hingga jaman Reformasi Protestan, praktis tidak ada lagi perdebatan akan kitab-kitab dalam Alkitab.

Melihat sejarah, Gereja Katolik menggunakan wibawa dan kuasanya untuk menentukan kitab-kitab yang mana yang termasuk dalam Alkitab dan memastikan bahwa segala yang tertulis dalam Alkitab adalah hasil inspirasi Allah. Jika bukan karena Gereja Katolik, maka umat Kristen tidak akan dapat mengetahui yang mana yang benar.

KITAB VULGATA - KARYA SANTO YEREMIA

Ketika Kabar Gembira telah tersebar luas dan banyak orang menjadi Kristen, merekapun dibekali dengan terjemahan Kitab Perjanjian Lama dalam bahasa asli mereka yaitu Armenia, Siria, Koptik, Arab dan Ethiopia bagi umat Kristen perdana di wilayah-wilayah ini. Bagi umat Kristen di Afrika dimana bahasa Latin paling luas digunakan, ada terjemahan kedalam bahasa Latin yang dibuat sekitar tahun 150 Masehi dan juga terjemahan berikutnya bagi umat di Italia. Akan tetapi semua ini akhirnya digantikan oleh karya besar yang dibuat oleh Santo Yeremia dalam bahasa Latin yang disebut "Vulgata" pada abad ke-empat. Pada masa itu ada kebutuhan besar akan Kitab Suci dan ada bahaya karena variasi terjemahan yang ada. Oleh karena itu sang biarawan, yang mungkin pada waktu itu adalah orang yang paling terpelajar, atas perintah Paus Santo Damascus pada tahun 382, membuat terjemahan Kitab Perjanjian Baru dalam bahasa Latin dan mengoreksi versi-versi yang ada dalam bahasa Yunani. Lantas di Bethlehem antara tahun 392-404, dia juga menterjemahkan Kitab-kitab Perjanjian Lama langsung dari bahasa Ibrani (jadi bukan dari Septuagint) kedalam bahasa Latin, kecuali kitab Mazmur yang direvisi dari versi Latin yang sudah ada. Ini adalah Alkitab lengkap yang diakui resmi oleh wewenang Gereja Katolik, yang nilainya tak terukur menurut para ahli alkitab masa kini, dan terus mempengaruhi versi-versi lainnya sampai pada jaman Reformasi Protestan. Dari Vulgata inilah dihasilkan terjemahan dalam bahasa Inggris yang terkenal yaitu Douai-Rheims Bible.

HILANGNYA KITAB-KITAB ASLI

Hingga ditemukannya mesin cetak pada tahun 1450, semua Alkitab adalah hasil salinan tangan yang kita sebut manuskrip. Alkitab lengkap tertua yang masih ada hingga sekarang berasal dari abad ke-empat, dan isinya sama dengan Alkitab yang dipegang oleh umat Katolik yaitu terdiri dari 73 kitab. Apa yang terjadi dengan manuskrip-manuskrip asli yang ditulis oleh para penulis kitab Injil? Ada beberapa alasan akan hilangnya kitab-kitab asli tersebut:

Beberapa ratus tahun pertama adalah masa-masa penganiayaan terhadap umat Kristen. Para penguasa yang menindas Gereja Katolik menghancurkan segala hal yang menyangkut Kristenitas yang bisa mereka temukan. Selanjutnya, kaum pagan (non-Kristen) juga secara berulang-ulang menyerang kota-kota dan perkampungan Kristen dan membakar dan menghancurkan gereja dan segala benda-benda religius yang dapat mereka temukan disana. Lebih jauh lagi, mereka bahkan memaksa umat Kristen untuk menyerahkan kitab-kitab suci dibawah ancaman nyawa, lantas membakar kitab-kitab tersebut.

Alasan lainnya: media yang dipakai untuk menuliskan ayat-ayat Alkitab, disebut papirus - sangat mudah hancur dan tidak tahan lama, sedangkan perkamen, yang terbuat dari kulit binatang dan lebih tahan lama, sulit didapat. Kedua materi inilah yang disebutkan dalam 2 Yohanes 1:12 dan 2 Timotius 4:13. Umat Kristen perdana, setelah membuat salinan Alkitab, juga tampak tidak terlalu peduli untuk menjaga kitab aslinya. Mereka tidak beranggapan penting untuk memelihara tulisan-tulisan asli oleh Santo Paulus atau Santo Matius oleh karena mereka percaya penuh kepada kuasa mengajar Gereja Katolik yang mengajarkan iman Kristen melalui para Paus dan para uskup-uskupnya. Umat Katolik tidak melandaskan ajaran-ajarannya pada Alkitab semata-mata, tetapi juga kepada Tradisi Hidup, dari Gereja Katolik yang infallible. ubi Ecclesia, ibi Christus.

ALKITAB PADA ABAD PERTENGAHAN

Segenap umat Kristen berhutang budi kepada para kaum religius, imam, biarawan dan biarawati yang menyalin, memperbanyak, memelihara dan menyebar-luaskan Alkitab selama berabad-abad. Para biarawan adalah kaum yang paling terpelajar pada jamannya dan salah satu kegiatan utama mereka adalah menyalin isi Alkitab sedangkan biara-biara menjadi pusat penyimpanan naskah-naskah Alkitab ini. Umumnya masing-masing biara-biara di abad pertengahan memiliki perpustakaan tersendiri. Tidak kurang dari para raja dan kaum bangsawan dan orang-orang terkenal meminjam dari biara-biara ini. Para raja dan kaum bangsawan itu sendiri, bersama para Paus, uskup dan kepala-kepala biara, sering menghadiahkan Kitab Suci yang diberi hiasan yang indah kepada biara-biara dan gereja-gereja di seluruh Eropa.

Untuk menyalin satu Alkitab lengkap, diperlukan sekurangnya 10 bulan tenaga kerja dan sejumlah besar perkamen yang mahal harganya untuk memuat lebih dari 35000 ayat-ayat dalam Alkitab. Hal ini menjelaskan mengapa orang banyak tidak mampu memiliki setidaknya satu set Alkitab lengkap di rumah-rumah mereka. Mereka biasanya hanya memiliki salinan dari sejumlah pasal dalam Alkitab yang populer. Jadi kebiasaan memiliki bagian tertentu dari Alkitab secara terpisah adalah kebiasaan yang sepenuhnya Katolik dan yang hingga kini masih dilakukan.

Alkitab pada abad pertengahan umumnya ditulis dalam bahasa Latin. Hal ini dilakukan sama sekali bukan dimaksudkan untuk menyulitkan umat yang ingin membacanya. Kebanyakan orang pada masa itu buta huruf, sedangkan mereka yang mampu membaca, juga dapat mengerti bahasa Latin. Latin adalah bahasa universal pada waktu itu. Mereka yang mampu membaca lebih menyukai membaca Vulgata, versi Latin dari Alkitab. Oleh karena kenyataan tersebut, tidak ada alasan kuat untuk menterjemahkan Alkitab ke dalam bahasa-bahasa setempat secara besar-besaran. Namun meski demikian harap diingat bahwa sepanjang sejarah Gereja Katolik tetap menyediakan terjemahan Alkitab dalam bahasa-bahasa setempat.

MARTIN LUTHER DAN ALKITAB PROTESTAN

Pada tahun 1529, Martin Luther mengajukan kanon Palestina yang menetapkan 39 kitab dalam bahasa Ibrani sebagai kanon Perjanjian Lama. Luther mencari pembenaran dari keputusan konsili Jamnia (yang adalah konsili imam Yahudi, jadi bukan sebuah konsili Gereja Kristen!) bahwa tujuh kitab yang dikeluarkan dari Perjanjian Lama tidak memiliki kitab-kitab aslinya dalam bahasa Ibrani. Luther melakukan hal tersebut terutama karena sejumlah ayat-ayat yang terdapat pada kitab-kitab tersebut justru menguatkan doktrin-doktrin Gereja Katolik dan bertentangan dengan doktrin-doktrin baru yang dikembangkan oleh Martin Luther sendiri.

Oleh karena alasan yang serupa, Martin Luther juga nyaris membuang beberapa kitab-kitab lainnya: surat Yakobus, surat Ibrani, kitab Ester dan kitab Wahyu. Hanya karena bujukan kuat oleh para pendukung kaum reformasi Protestan yang lebih konservatif maka kitab-kitab diatas tetap dipertahankan dalam Alkitab Protestan. Namun demikian, tidak kurang Martin Luther mengecam bahwa surat Yakobus tidak pantas dimasukkan dalam Alkitab.

Untuk mendukung salah satu doktrinnya yang terkenal yaitu Sola Fide (bahwa kita dibenarkan hanya oleh iman saja), dalam Alkitab terjemahan bahasa Jerman, Martin Luther menambahkan kata 'saja' pada surat Roma 3:28. Sehingga ayat tersebut berbunyi: "Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman saja, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat". Tidak heran kalau Martin Luther meremehkan surat Rasul Yakobus dan berusaha untuk membuangnya dari Perjanjian Baru, karena justru dalam surat Yakobus ada banyak ayat yang menjatuhkan doktrin Sola Fide yang diciptakan oleh Martin Luther tersebut. Antara lain, dalam Yakobus 2:14-15 tertulis: "Apakah gunanya, saudara-saudaraku, jika seorang mengatakan, bahwa ia mempunyai iman, padahal ia tidak mempunyai perbuatan? Dapatkah iman itu menyelamatkan dia?" dan Yakobus 2:17 "Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati" dan Yakobus 2:24 "Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman."

Pertanyaannya sekarang adalah: Kitab Perjanjian Lama manakah yang lebih baik anda baca? Kitab Perjanjian Lama yang digunakan oleh Yesus, para penulis kitab-kitab Perjanjian Baru dan Gereja purba? Atau Kitab Perjanjian Lama yang ditetapkan oleh imam-imam Yahudi yang menolak Yesus Kristus dan menindas umat Kristen purba?

ALKITAB KATOLIK

Bahkan sebelum pecahnya Reformasi Protestan, ada banyak versi-versi Alkitab yang beredar pada masa itu. Banyak diantaranya mengandung kesalahan-kesalahan yang disengaja - seperti dalam kasus-kasus kaum bidaah, penyeleweng ajaran gereja yang berusaha mendukung doktrin-doktrin yang mereka ciptakan sendiri, dengan menuliskan Alkitab yang sudah diganti-ganti isinya. Ada juga kesalahan-kesalahan yang tidak disengaja oleh karena faktor manusia (human error), mengingat pekerjaan menyalin Alkitab dilakukan dengan tulisan tangan, ayat demi ayat, yang sangat memakan waktu dan tenaga.

Oleh karena itu pada Konsili di Florence pada abad ke lima belas, para pemimpin Gereja menguatkan keputusan yang dibuat pada konsili-konsili sebelumnya mengenai kitab-kitab yang ada dalam Alkitab.

Setelah meletusnya Reformasi Protestan, pada Konsili Trente oleh Gereja Katolik pada tahun 1546 dikeluarkanlah dekrit yang mensahkan Vulgata, versi Latin dari Alkitab sebagai satu-satunya versi resmi yang diakui dan sah untuk umat Katolik. Alkitab ini direvisi oleh Paus Sixtus V pada tahun 1590 dan juga oleh Paus Clement VIII pada tahun 1593.

Selanjutnya pada konsili Vatikan I, kembali Gereja Katolik menegaskan keputusan konsili-konsili sebelumnya tentang Alkitab.

Oleh karena itu di akhir tulisan ini, kita dapat membuat beberapa kesimpulan:

Berdasarkan sejarah, Alkitab adalah sebuah kitab Katolik. Perjanjian Baru ditulis, disalin dan dikoleksi oleh umat Kristen Katolik. Kanon resmi dari kitab-kitab yang membentuk Alkitab - Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru - ditentukan secara berwibawa oleh wewenang Gereja Katolik pada abad ke empat.

Menuruti akal sehat dan logika, Gereja Katolik yang memiliki kuasa untuk menentukan Firman Allah yang infallible - bebas dari kesalahan -, pasti juga memiliki otoritas yang infallible - bebas dari kesalahan - dan juga bimbingan dari Roh Kudus. Seperti telah anda lihat, terlepas dari deklarasi oleh Gereja Katolik, kita sama sekali tidak memiliki jaminan bahwa apa yang tertulis dalam Alkitab adalah Firman Allah yang asli. Jika anda percaya kepada isi Alkitab maka anda juga harus percaya kepada wibawa Gereja Katolik yang menjamin keaslian Alkitab. Adalah suatu kontradiksi bagi seseorang untuk menerima kebenaran Alkitab tetapi menolak wibawa Gereja Katolik. Logikanya, mereka mestinya tidak mengutip isi Alkitab sama sekali, karena mereka tidak memiliki pegangan untuk menentukan kitab-kitab mana saja yang asli, kecuali tentunya kalau mereka menerima wibawa mengajar Gereja Katolik.

TANYA - JAWAB

Pertanyaan: Mengapa Alkitab umat Katolik terdiri dari 73 kitab sedangkan Alkitab umat Protestan terdiri dari 66 kitab?
Jawaban: Gereja Katolik melandaskan Perjanjian Lama pada Kanon Alexandria - lebih dari satu abad sebelum kelahiran Yesus Kristus - yang menetapkan 43 kitab yang disebut Septuagint sebagai kitab-kitab Perjanjian Lama. Protestan melandaskan Perjanjian Lama pada Kanon Palestina yang diadakan oleh imam-imam Yahudi untuk memerangi umat Kristen, sekitar tahun 100 Masehi. Perlu dicatat bahwa baik Yesus maupun para murid-muridNya menggunakan Septuagint yaitu berdasarkan Kanon Alexandria. Tidakkah anda sebagai umat Kristen, mestinya memakai Kitab Perjanjian Lama yang dipergunakan oleh Yesus dan para murid-muridNya, dan bukan malahan menggunakan versi Perjanjian Lama yang ditetapkan oleh para imam Yahudi yang ditetapkan puluhan tahun setelah wafat dan kebangkitan Yesus?

Pertanyaan: Benarkah bahwa Gereja Katolik pernah melarang umat Kristen untuk membaca Alkitab dan apakah benar bahwa atas berkat jasa Martin Luther maka umat Katolik sekarang boleh membaca Alkitab?
Jawaban: Satu-satunya kejadian dalam sejarah Gereja menyangkut larangan kaum awam membaca/memiliki Alkitab dikeluarkan hanya oleh beberapa uskup di Perancis pada abad ke-13 untuk memerangi kaum bidaah Albigensian di Perancis. Larangan itu dihapuskan 40 tahun kemudian setelah pupusnya pendukung bidaah tersebut. Jadi wewenang Gereja Katolik tidak pernah mengeluarkan larangan kepada umat Katolik untuk membaca Alkitab. Apalagi anggapan bahwa Martin Luther memiliki jasa apapun atas Gereja Katolik. Ada dongeng yang mengisahkan bahwa Martin Luther-lah yang "menemukan" Alkitab. Tapi kalau anda membaca buku-buku sejarah gereja yang berbobot, maka anda akan menemukan bahwa justru Martin Luther-lah yang bertanggung jawab menghapuskan kitab-kitab Deuterokanonika dari Perjanjian Lama, dan bahkan nyaris menghapuskan lebih banyak lagi kitab-kitab dari dalam Alkitab.

Pertanyaan: Benarkah bahwa Gereja Katolik mempersulit umat Kristen untuk membaca Alkitab dengan hanya menyediakan terjemahan dalam bahasa Latin?
Jawaban: Pada waktu itu, orang yang mampu membaca, juga mampu membaca Latin. Karena Latin adalah bahasa internasional pada jaman itu. Lebih jauh lagi, Vulgata, versi Latin dari Alkitab hasil karya Santo Yeremia amat digemari oleh umat Kristen. Jadi tidak ada kebutuhan yang mendesak untuk menyediakan Alkitab dalam berbagai bahasa. Namun demikian ada juga terjemahan Kitab Suci dalam bahasa-bahasa setempat.

Pertanyaan: Benarkah bahwa Gereja Katolik pernah membakar Alkitab?
Jawaban: Selama berabad-abad Gereja dilanda oleh berbagai bidaah (heresy). Para pendukung bidaah menggunakan Alkitab yang sudah diselewengkan isinya untuk mendukung doktrin-doktrin mereka sendiri. Gereja Katolik sebagai penjaga keaslian Alkitab juga berhak dan berwibawa untuk memastikan bahwa umat Kristen memiliki Alkitab yang isinya tidak dikorupsi demi kepentingan sekelompok orang. Oleh karena itu otoritas Gereja Katolik memusnahkan alkitab-alkitab yang isinya mengandung kesalahan ini dan sebagai gantinya menyediakan Alkitab yang murni isinya. Martin Luther bukan satu-satunya orang yang pernah mengubah isi Alkitab.

Pertanyaan: Jika penggunaan Alkitab meluas pada abad-abad pertengahan, mengapa hanya sedikit kitab-kitab kuno ini yang tertinggal?
Jawaban: Ada beberapa alasan. Pertama, ada banyak terjadi peperangan sehingga banyak manuskrip-manuskrip kuno ini ikut musnah. Kedua, media yang dipergunakan mudah rusak dan tidak tahan lama. Ketiga, pengrusakan besar-besaran yang dilakukan dengan sengaja seperti pada masa pecahnya reformasi Protestan. Kaum pendukung reformasi Protestan menghancurkan segala hal yang berbau Katolik. Gereja-gereja, biara-biara, tempat-tempat ziarah beserta penghuni dan semua isinya yang bernilai tinggi menjadi korban pergolakan.

Pertanyaan: Mengapa kitab-kitab yang ditolak dari Perjanjian Lama oleh imam-imam Yahudi itu disebut sebagai Deuterokanonika?
Jawaban: Deuterokanonika artinya kira-kira kanon kedua. Disebut demikian karena disertakan setelah melalui banyak perdebatan. Santo Yeremia sendiri pernah mengutarakan kekhawatirannya akan keaslian kitab-kitab tersebut. Akan tetapi keputusan konsili-konsili Gereja Katolik dan para Paus menghentikan perdebatan dan menghapus kekhawatiran para ahli teologi pada masa itu. Santo Agustinus dari Hippo - salah satu Bapa dan Pujangga Gereja - pernah mengatakan begini: "Aku tidak akan meletakkan imanku pada kitab Injil, jika bukan karena otoritas Gereja Katolik yang mengarahkan aku untuk berbuat demikian." Bahwa keputusan Gereja Katolik untuk tetap mempertahankan kitab-kitab Deuterokanonika dan mengabaikan Kanon Palestina, menunjukkan bimbingan Roh Kudus yang membawa kepada segala kebenaran (Yohanes 16:13). Ketika Gulungan-gulungan Laut Mati (Dead Sea Scrolls) ditemukan di Qumran, tepi barat sungai Yordan pada abad ke-20 ini, diantaranya terdapat sebagian salinan-salinan asli dalam bahasa Ibrani atas sejumlah kitab-kitab Deuterokanonika.

Pertanyaan: Mengapa disebutkan bahwa Deuterokanonika terdiri dari tujuh kitab sedangkan dalam Alkitab bahasa Indonesia yang saya miliki ada sepuluh bagian dalam Deuterokanonika?
Jawaban: Tujuh kitab-kitab tersebut adalah Tobit, Yudit, Kebijaksanaan Salomo, Yesus bin Sirakh, Barukh, 1 Makabe dan 2 Makabe. Tambahan-tambahan pada kitab Ester dan Daniel tentunya dimasukkan kedalam kitab-kitab yang bersangkutan sedangkan Surat Nabi Yeremia dimasukkan sebagai pasal 6 dari kitab Barukh. Dalam Alkitab bahasa Indonesia terbitan Lembaga Alkitab Indonesia, kitab-kitab Deuterokanonika diletakkan ditengah, jadi tidak sesuai urutan yang semestinya. Ini untuk memudahkan penerbit yang sama menerbitkan Alkitab versi Protestan, yaitu tanpa Deuterokanonika. Jika anda membeli Alkitab dalam bahasa Inggris seperti di Amerika contohnya, kitab-kitab Deuterokanonika dimasukkan dalam urutannya yang alami. Perlu juga disebutkan disini bahwa versi-versi Alkitab Protestan pada awalnya - seperti versi asli King James Bible - masih memiliki Deuterokanonika di dalamnya.

Pertanyaan: Ada berapakah versi Alkitab dalam bahasa Inggris?
Jawaban: Dalam bahasa Inggris, ada beberapa versi Alkitab baik bagi umat Katolik maupun Protestan. Bagi umat Katolik ada versi RSVCE (Revised Standard Version Catholic Edition) yang dipakai sebagai terjemahan resmi. Ada NAB (New American Bible) yaitu yang merupakan Alkitab yang populer di kalangan umat Katolik di Amerika Serikat. Ada juga NJB (New Jerusalem Bible) yaitu Alkitab yang diterjemahkan dari bahasa Ibrani dan dipakai oleh sebagian kalangan Gereja Katolik dari ritus-ritus Timur. RSVCE adalah versi yang paling serupa dengan bahasa asli kitab suci karena merupakan terjemahan kata-demi-kata. Sedangkan NAB dan NJB serta beberapa versi lainnya merupakan terjemahan yang sudah disesuaikan dengan pemakaian bahasa Inggris pada masa kini, jadi penekanan pada segi arti dari kata-kata/kalimat yang dipakai pada bahasa asli kitab suci. Beberapa versi Alkitab Protestan, diantaranya adalah: RSV (Revised Standard Version), KJV (King James Version), NIV (New International Version), Tyndale Bible dan Zonderfan Bible. Untuk mengenalinya mudah saja, di dalamnya tidak terdapat kitab-kitab Deuterokanonika. Sebetulnya ada juga yang menyertakan kitab-kitab Deuterokanonika, yaitu yang diterbitkan oleh penerbit-penerbit sekuler seperti Oxford dan lain-lain. Namun mereka menyebut Deuterokanonika dengan sebutan Apokrif (Apocripha). Alkitab-alkitab Katolik juga memiliki Imprimatur dan Nihil-Obstat yang dapat anda temukan pada bagian muka dari Alkitab tersebut. Ini praktisnya adalah tanda bahwa buku yang bersangkutan telah diperiksa oleh Gereja Katolik, apakah itu imam ataupun uskup. Jika anda ingin memiliki Alkitab Katolik bahasa Inggris, silakan membeli salah satu versi Katolik yang telah disebutkan diatas. Alkitab NAB selalu memiliki catatan kaki yang membantu memperjelas ayat-ayat dan perikop-perikop dalam Kitab Suci. NAB study-bible terbitan Oxford juga dilengkapi dengan penjelasan-penjelasan sejarah PL dan PB. Harga Alkitab NAB bahasa Inggris bervariasi sekitar US$7 sampai US$24.

Pertanyaan: Ada sementara orang yang percaya bahwa di dalam Alkitab umat Kristiani telah terjadi salah terjemahan yang sangat fatal: yaitu kata "Lord" dalam bahasa Inggris diterjemahkan sebagai "Tuhan" dalam bahasa Indonesia, padahal kamus Inggris-Indonesia menyebutkan bahwa kata "lord" mestinya diterjemahkan sebagai "tuan", bukan "Tuhan". Dengan demikian hal ini mendukung teori agama mereka yang mengatakan bahwa Yesus jelas bukan Tuhan dan sekedar manusia biasa.
Jawaban: Pertama-tama perlu ditegaskan disini, bahwa Alkitab bahasa Indonesia tidaklah diterjemahkan dari Alkitab bahasa Inggris. Lihatlah pada bagian awal Alkitab dimana tertulis bahwa "Teks Perjanjian Lama diterjemahkan dari Bahasa Ibrani. Teks Perjanjian Baru diterjemahkan dari Bahasa Yunani. Teks Deuterokanonika diterjemahkan dari Bahasa Yunani". Kedua, perlu diketahui bagi orang Indonesia yang jelas bukan native English speaker - bahwa kata "Lord" dalam Alkitab berarti "God" atau "Tuhan". Kata "Lord" bukan hanya digunakan pada Yesus, tetapi juga pada Allah Bapa dalam ayat-ayat Perjanjian Lama.


Nara sumber:[1] Where We Got The Bible: Our Debt to the Catholic Church, 22nd edition, by The Right Rev. Henry G. Graham, published by Tan Books & Publishers, Inc.;[2] Beginning Apologetics 1: How to Explain and Defend The Catholic Faith, by Father Frank Chacon and Jim Burnham, published by San Juan Catholic Seminars;[3] The Catholic Bible (NAB): Personal Study Edition, published by Oxford University Press;[4] Berbagai situs web Katolik di Internet.

kisah Seorang Pendeta Dan Polisi

Dua orang pendeta mengendarai sepeda motor dengan kecepatan tinggi.
Mereka akhirnya diminta untuk berhenti oleh seorang polisi karena
telah melaju melebihi kecepatan maksimum yang sudah ditetapkan.

"Apa yang Anda lakukan? Anda mengendarai sepeda motor dengan kecepatan tinggi."

Salah satu Pendeta berkata, "Kami mengendarai sepeda motor ini hanya sekedar putar-putar ... lihatlah motor ini memang sangat bagus dan kencang larinya."

Si Polisi menggeleng-gelengkan kepalanya, "Bagaimanapun juga, saya harus menilang Anda. Mengemudi seperti itu sangat membahayakan jiwa Anda. Bagaimana kalau Anda mengalami kecelakaan?"

Kemudian Pendeta berkata lagi, "Jangan khawatir, Tuhan Yesus beserta kami."

Si Polisi berkata, "Wah, kalau begitu saya harus benar-benar menilang Anda. Karena tiga orang dilarang berada dalam satu motor sekaligus."

Ukuran Iman Bukanlah Aktifitas

DALAM Injil Matius 13: 1-9 Yesus berkhotbah tentang benih yang ditabur. Benih yang jatuh di pinggir jalan akan dimakan burung sampai habis. Benih yang jatuh di tempat berbatu dan tanahnya tipis, akan tumbuh namun segera mati karena tidak berakar. Sementara benih yang jatuh di tanah yang baik akan berbuah puluhan atau ratusan kali lipat. Dari perumpamaan ini kita menemukan suatu fakta yang dikatakan Tuhan Yesus, yaitu tentang orang yang datang untuk mendengar firman tentang kerajaan sorga.

Ada orang yang sering mendengar firman Tuhan. Dalam arti dia rajin ke gereja, aktif di persekutuan. Di mata orang lain, aktivitas kerohaniannya bagus. Penilaian ini makin diperkuat oleh anggapan selama ini bahwa orang yang sering terlibat dalam persekutuan ibadah itulah yang baik. Padahal belum tentu juga. Sering terjadi, bahwa di antara orang yang duduk mendengarkan firman Tuhan itu, ternyata ada yang tidak mengerti tentang kebenaran firman itu. Mereka hanya mendengar tetapi tidak mengerti. Apa yang dibicarakan tentang kerajaan sorga, atau apa sebenarnya yang dituntut Allah dalam hidup, mereka tidak mengerti.

Sebagai orang beragama dia beribadah. Karena dia seorang Kristen, maka dia ke gereja. Tetapi Alkitab mengatakan orang-orang seperti ini belum dapat dikatakan sebagai seorang Kristen. Karena Kristen sebenarnya mempunyai arti yang sangat indah, yakni Kristus kecil, atau pengikut Kristus. Bila seseorang disebut Kristen hanya karena agamanya, itu sah-sah saja, karena itu berupa identitas atau pengenal. Kalau seseorang disebut Kristen hanya karena dia ke gereja, itu pun sah-sah saja karena gereja adalah tempat ibadah orang Kristen. Persoalannya, apakah dia Kristen di hadapan Tuhan, ini yang jadi masalah dan pergumulannya.

Orang yang mendengar firman tentang kerajaan sorga, tetapi tidak pernah mengerti, pada dasarnya hanya menjadi penggembira. Ke gereja hanya untuk memuaskan diri, bukan mau memuaskan Tuhan. Dia tidak peduli firman yang diberitakan itu seperti apa, bisa dipertanggungjawabkan atau tidak. Yang penting enak didengar, dan membuat senang. Dia tidak punya suatu standar bahwa firman Tuhan ini adalah yang sesuai dengan Alkitab. Orang ini beribadah hanya karena dia seorang Kristen. Dia selalu duduk untuk mendengarkan firman Allah, karena dia ingin disebut sebagai orang yang beragama, seorang yang percaya pada Tuhan. Dia tidak mau disebut orang kafir. Dia perlu suatu status keagamaan.

Melihat kuantitas aktivitas rohaninya yang tinggi, dari persekutuan satu ke persekutuan lain, dari gereja satu ke gereja lain, orang lain mungkin sangat kagum padanya. Di gereja bisa saja dia terlihat sangat rohani, namun di tempat kerja langsung “lupa” kalau dia seorang Kristen. Sepak terjangnya bahkan membuat orang bertanya-tanya, “Dia ini kan rajin beribadah atau ikut persekutuan. Tapi hidupnya tidak karu-karuan, tidak mencerminkan kebenaran firman Tuhan.” Kenapa hal ini bisa terjadi? Jawabannya sederhana, karena apa yang dia kerjakan tidak lebih dari hanya aktivitas. Inilah yang disebut sebagai iman aktivitas.

Berani mengoreksi

Iman aktivitas adalah iman yang tidak sejati, yang hanya terikat pada tradisi kekristenan. Dia hanya menjalankan kewajiban keagamaan pada waktu beribadah. Tetapi waktu masuk ke ruang kerja, waktu bertemu dunia, dia langsung berubah dan kembali menyerupai bentuk aslinya. Berapa banyak orang yang menggunakan topeng seperti ini di dalam gereja, dan berapa banyak pula pendeta yang tertipu oleh model iman seperti ini. Orang-orang ini hanya ingin mendapatkan pengakuan keagamaan supaya disebut orang beriman, dan bahkan mungkin akan mau membayar berapa pun untuk status ini supaya orang kagum pada dia.

Oleh karena itu kita perlu keberanian mengoreksi keberadaan diri kita. Kita perlu berani jujur di hadapan Tuhan yang tahu hati dan pikiran kita, yang tahu kualitas kita. Itu sebab DIA berkata, “Orang-orang itu adalah orang yang mendengarkan firman tentang kerajaan sorga tetapi tidak mengerti.” Perlu keberanian dari gereja untuk menegur dan mengingatkan jemaat. Sampaikan dengan cinta supaya dia tidak terjebak dalam iman aktivitas, yang hanya sekadar mengejar status keagamaan.

Iman aktivitas sering menjadi batu sandungan, bukan menolong tetapi menjatuhkan kekristenan. Di sini kita perlu hati-hati, dan memerhatikan bagaimana kita di tempat kerja. Beranikah kita mempertaruhkan seluruh hidup di dalam iman kepada Anak Allah? Beranikah kita bertindak dan berperilaku seperti yang menjadi tuntutan dan kehendak-Nya? Atau sebaliknya, apakah kita punya standar dan keyakinan sendiri sehingga melakukan yang kita sukai? Apakah kita juga terjebak pada konsep dan cara yang sama sehingga kita menjadi orang-orang Kristen yang pergi ke gereja demi identitas kekristenan, atau demi kewajiban keagamaan?

Oleh karena itu jangan main-main, jangan hanya sekadar menjalankan panggilan keagamaan maka kita beribadah. Tetapi di sanalah kita akan bertemu secara pribadi dengan DIA, berdialog dengan DIA yang tahu hati dan pikiran kita. Berdoalah, minta tolong agar Tuhan membersihkan hati dan pikiran kita.

Bahagia Dekat Dengan Tuhan


Beragam definisi tentang “kebahagiaan”. Stoa yang hidup di Yunani ratusan tahun silam, misalnya, berpendapat bahwa kebahagiaan diperoleh melalui penderitaan secara terus-menerus. Kebahagiaan kita peroleh jika kita kuat menderita. Dengan kata lain, bagi Stoa, kebahagiaan itu ada pada penderitaan. Artinya, orang harus berani menderita tetapi dalam konteks askese (menyiksa diri). Penyiksaan diri pada tingkat tertentu akan membawa orang menemukan kebahagiaan, demikian pendapat Stoa. Sementara, pemikir lain, Epicuros mengatakan hal yang sebaliknya, bahwa kebahagiaan itu adalah kenikmatan inderawi. Artinya, semua hal yang bisa menye-nangkan tubuh, boleh saja dinikmati, sebab itulah yang disebut dengan kebahagiaan. Selanjutnya pemikiran Epicuros ini berkembang hingga melahirkan istilah hedo-nisme. Dewasa ini, hedonisme identik dengan gaya hidup penuh hura-hura, pesta pora, drugs (narkoba), dan segala hal yang dapat menyenangkan tubuh. “Dengan menikmati ini semua, kita menemukan kebahagiaan,” kata Epicuros.

Belakangan, pemikiran Stoa (stoaisme), tidak terlalu mendapat tempat di tengah-tengah kehidu-pan karena hanya “menjual” penderitaan. Semakin modern kehidupan, semakin tersingkir pula pemikiran Stoa, karena banyak yang berpendapat, stoaisme lebih cocok bagi manusia-manusia jaman dulu, atau orang yang sedang bertapa. Sebaliknya pemikiran Epicuros lebih laku, karena produk di jaman yang semakin maju ini adalah produk hura-hura dan pesta pora. Maka hedonisme di era modern ini adalah konsep pikir yang sangat populer, khususnya di kalangan anak-anak muda. Belakangan, kaum tua pun ternyata banyak yang bersikap sami mawon (sama saja) dengan kaum muda dalam hal menyikapi gaya hidup serba enak seperti yang digagas oleh Epicuros ini.

Kebahagiaan Berdasarkan Alkitab
Lalu, bagaimana kebahagiaan itu menurut pemahaman Kristen? Kebahagiaan atau kesenangan menurut Alkitab, sebetulnya adalah menyangkut posisi, yaitu di mana kita di hadapan Tuhan. Sebuah ilustrasi: jika disuruh memilih, semua orang tentu ingin sehat dibanding sakit. Sebab orang pada umumnya beranggapan bahwa kebahagiaan ada pada saat kita sehat. Dengan kata lain, orang yang sedang sakit tidak mungkin merasakan kebahagiaan. Tetapi jangan lupa, ada orang yang saking sehatnya jadi gemar berbuat dosa. Sementara orang yang sakit-sakitan, karena kondisinya yang sakit-sakitan itu, dia selalu berdoa kepada Tuhan. Dalam ketidakberdayaannya, dia semakin dekat, semakin akrab dengan Tuhan di dalam doa dan perenungannya. Jadi, masalah kebahagiaan itu bukan pada kondisi sehat atau sakit, tetapi seperti apa posisi kita di hadapan Tuhan: bersama dengan Tuhan atau beroposisi dengan Tuhan?

Tetapi banyak orang Kristen sering memperlihatkan mental payah, murahan, sangat jauh dari ajaran Alkitab. Orang-orang bermental seperti ini yang juga selalu sibuk dalam mencari kebahagiaan, mengartikan keba-hagiaan itu hanya sebatas sehat. Bagi mereka, sakit itu adalah sesuatu yang terkutuk, dosa. Sedangkan kemiskinan merupakan aib, dan seterusnya. Terhormatlah mereka yang miskin di dalam kejujuran daripada kaya dengan cara yang tidak benar.

Memang adalah hal yang sangat membahagiakan kalau kita sehat dan ikut Tuhan. Hidup dalam kondisi ekonomi yang berke-limpahan (kaya), dan memuliakan Tuhan, adalah sikap yang sangat tepat. Tuhan tidak anti terhadap kekayaan atau kemiskinan, tetapi jangan mendiskreditkan orang miskin dan orang sakit sebagai orang yang tidak beriman dan berdosa. Ingat, posisi di hadapan Tuhan, itu yang paling penting dalam menilai seseorang itu berbahagia atau tidak.

Rasa bahagia juga adalah aktualisasi daripada iman itu sendiri. Kalau kita memang seorang yang beriman, hal itu harus ter-aktualisasi. Wujudnya bagaimana? Kita berjalan dalam pengharapan menuju kepada kenyataan sampai akhirnya meraih kemenangan. Kebahagiaan bukan terletak pada saat kita menerima, tetapi pada waktu kita memberi. Itulah sebabnya orang yang miskin itu belum tentu kurang merasa berbahagia dibandingkan dengan orang yang kaya.

Banyak orang kaya tidak mampu memberi dalam jumlah yang cukup, sebab dia cuma bisa “berhitung” saja. Sebab dalam memberikan sesuatu, dia juga menuntut penghormatan. Rasa-nya tidak salah untuk mengatakan orang semacam ini sebagai gila hormat. Dia tidak merasa puas jika tidak dihormati orang lain. Dalam rangka ingin dihormati, orang seperti ini tidak merasa rugi menghambur-hamburkan duit ke segala penjuru, membagi-bagi uang ke sana ke mari. Jika uangnya habis, sirna pula rasa kehorma-tannya. Sungguh suatu kebodo-han memang. Sebaliknya, tidak sedikit orang miskin, namun berusaha memberikan apa yang bisa diberikannya. Mungkin bukan uang atau hal-hal berupa materi yang bisa dia berikan, tetapi waktu, kesetiaan, kualitas diri, sikap bisa dipercaya, dan sebagainya. Di dalam kekristenan, bahagia dan menderita adalah paradoks yang absolut dan ada dalam kehidupan. Kebahagiaan ini kita dapatkan justru karena kita berani menyangkal diri. Tetapi menurut teori orang-orang umum, penyangkalan diri adalah sebuah penderitaan dan kehilangan. Tetapi bagi kita, menyangkal diri justru suatu kehormatan, sebab di sanalah letak kebahagiaan itu. Suatu paradoks, memang. Jadi keberhasilan memikul salib di dalam kehidupan kita oleh karena anugerah dan pertolongan Tuhan, itulah kebahagiaan kita.

Kebahagiaanlah yang membuat kita tersenyum sekali pun kita berada di dalam kesulitan yang luar biasa. Realita semacam ini yang memang banyak ditemui. Tetapi ini merupakan kemenangan iman Kristen yang paling solid dan paling kuat. Karena itu, di tengah-tengah perjalanan hidup, sebagai seorang pekerja misalnya, janganlah kita terlalu terikat kepada fenomena-fenomena kesulitan hidup. Teroboslah segala kesulitan itu, dan bertarunglah secara elegan. Jangan cengeng. Jangan melarikan diri dari pertarungan yang sedang kita alami.

HIDUP KUDUS

1 Petrus 1:13-17

Bagaimana agar masyarakat tahu bahwa Yesus adalah Tuhan? Adalah dengan menerapkan kehidupan kita sebagai orang percaya hidup menurut standard atau cara yang Tuhan tentukan untuk hidup kudus (ayat 15; hendaklah kamu kudus sebab Aku kudus).

Ada 2 mitos yang salah yang terjadi saat ini sehingga umat Tuhan tidak hidup dalam kekudusan yaitu:

  1. Merasa tidak yakin dan bahwa manusia dapat hidup kudus karena manusia adalah mahluk pendosa atau selalu cenderung hidup dalam dosa.
  2. Hidup kudus adalah hidup yang aneh: Bahasa Roh, pakaian putih, istilah-istilah rohani.

Ada 3 kunci yang harus kita miliki agar kita dapat menjalankan hidup kudus:

  1. Jaga dan siapkan akal budimu dengan hikmat dari Allah (Yak.3:13). Apa yang menguasai pikiran kita akan menguasai kita, contoh istri potipar dikuasai roh perzinahan maka ia ingin berzinah dengan Yusuf. Jadi pastikan bahwa kita dikuasai oleh Roh Kudus bukan roh setan.
  2. Tundukkan diri dengan Firman Tuhan (1 Kort.10:23 dan 31). Exercise of control. Segala sesuatu boleh, berguna untuk membangun dan memuliakan Tuhan. Contoh: Gelas kotor yang dikocorin air di wastafel maka gelas tersebut akan bersih.
  3. Andalkan kasih karunia Allah artinya kita melakukan hidup kudus hanya dengan kekuatan dari Allah. (1 Pet 1:13). Hidup semakin dekat dengan Allah. Batam/Bila Anda Tiba Amoi Menanti.
  4. Lupakan hidup yang lama dan berpaling pada Yesus(Filipi 3:13-14).

Pertanyaan:

  1. Jika Allah menghendaki kita agar hidup kudus, tindakan apa yang kita lakukan untuk merespon firman-Nya?
  2. Hal-hal apa yang membuat seseorang hidup dalam kedagingan sehingga ia tidak mau meninggalkan jalan hidupnya yang ia tahu bahwa hal itu tidak berkenan dihadapan Tuhan? (Rentenir, kumpul kebo, narkoba, alkohol dll.)
  3. Ada orang yang mengatakan sebenarnya saya ingin hidup kudus/hidup seperti yang Tuhan kehendaki, tetapi ngak bisa! Bagaimana tindakan atau bimbingan yang kita lakukan untuk orang tersebut? (Yak 4:17).

Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku (Filipi 4:13)


PEMULIHAN LUKA-LUKA BATIN

Bagaimana caranya kita keluar dari kepahitan?
Untuk memulihkan jiwa-jiwa yang terluka di perlukan adanya keterbukaan dan keinginan untuk mau mengampuni.

KETERBUKAAN

Hal pertama di dalam pemulihan jiwa adalah keterbukaan. Keterukaan didalam memulihkan jiwa yang terluka adalah suatu syarat yang sangat penting. Ini merupakan mata rantai pertama yang sangat menentukan didalam langkah berikutnya. Ada banyak ayat didalam Alkitab yang mendukung masalah keterbukaan ini. Berikut ini saya akan menyebutkan beberapa ayat yang menganjurkan keterbukaan kepada setiap orang percaya. Jika ada keterbukaan maka jiwa kita yang terluka bisa di sembuhkan oleh Tuhan
  • Yakobus 5:16
  • Amsal 28:13
  • Mazmur 32:5
  • Mazmur 119:26
Berikut ini saya akan menguraikan 4 hal dampak yang di berikan apabila kita melakukan keterbukaanRata Penuh
  • Terbuka sama dengan Menelanjangi Pekerjaan Iblis Dengan Segala Tipu Dayanya
Ayat yang terdapat didalm Yakobus 5 : 16 mengajarkan dengan sanagt jelas mengenai keterbukaan ini. Tetapi orang Kristen lebih sering memperkosa ayat tersebut. Mereka hanya mengambil bagian keduanya saja, "Doa orang benar, bila dengan yakin didoakan, sanagt besar kuasanya." Tetapi, orang benar yang bagaimana yang dimaksudkan dengan ayat ini?
Pada bagian awal dari ayat ini ada pertanyaan yang mengatakan, "karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan supaya kamu sembuh." Bagian ayat inilah yang sering dihilangkan. Orang benar yang dimaksud adalah orang benar yang saling mengaku dosa dan saling mendoakan. Keterbukaan sama dengan menelanjangi Iblis dengan segala jenis tipu dayanya. Inilah alasan mengapa pentingnya keterbukaan itu. Jadi kalau ada orang yang berani terbuka, artinya orang tersebut berani menyampaikan kekurangan dan kelemahannya, dan itu sama dengan menelanjangi iblis dan menghancurkan iblis dengan segala tipu dayanya.
  • Terbuka Sama Dengan Mematahkan Kuasa Iblis
Saya ingin menyampaikan sebuah ilustrasi mengenai pentingnya keterbukaan ini. Ada satu keluarga yang sudah dikarunia dua orang anak laki-laki. Sisulung berumur dua belas tahun dan adiknya berumur sepuluh tahun. Kedua anak ini telah diajarkan ibunya untuk dapat bekerja bersama-sama secara bergotong- royong. JIka siadik menyapu halaman maka yang membersihkan lantai adalah si sulung. Dan jika siadik mencuci piring maka sisulung menimba air.
Pada suatu hari Minggu, sehabis sarapan, siibu pergi belanja kepasar. Ketika si sulung sedang bermain-main dihalaman rumah ia mendengar bunyi yang sangat keras yang berasal dari dalam rumah. Sepertinya bunyi keras itu adalah piring yang pecah. Ia segera berlari kearah sumber suara riuh itu. Setibanya di sana ia tidak mendapatkan siadik, karena ternyata siadik sudah pergi keluar. Tiba-tiba dari ujung halaman belakang sang adik muncul sambil bersiul-siul seakan-akan tidak pernah terjadi apa-apa. Tetapi, tanpa sepengetahuan adiknya sikakak pergi kebelakang rumah tempat dari mana adinya tadi muncul. sang kakak terkejut karena disana ia menemukan pecahan piring.
Keesokan harinya, hari senin, merka berdua bersama-sama berangkat ke sekolah. Ditengah jalan si sulung bertanya kepada adiknya, "Dik, mana uang jajanmu?"
lalu adiknya merogoh sakunya dan menunjukkan selembar uang ratusan yang tadi di berikan oleh ibu mereka. kata sisulung kemudian,"Berikan uangmu itu kepadaku!"
Siadik merasa heran lalu bertanya , "untuk apa?
mengapa?"
Dengan santainya kakak menjawab, "hari ini adik harus setor uang jajanmu kepada kakak."
Tentu rasa heran di dalam didalam diri adiknya semakin bertambah. Siadik berkata, "Mengapa harus begitu. kok aneh!"
Akhirnya sikakak pun mengeluarkan kartu asnya, "kalau kamu tidak mau setor uang kepadaku, aku akan laporkan kepada ibu tentang piring yang pecah kemarin."
Siadik akhirnya tidak dapat berkata apa-apa, dan dengan terpaksa ia menyerahkan uang jajannya itu kepada sikakak. Hal tersebut dilakukannya karena ia merasa takut dilaporkan kepada ibu. Dan kejadian yang sama berlangsung selama enam hari sampai dengan hari sabtu.
Keesokan harinya, hari minggu, yakni seminggu setelah peristiwa piring pecah itu, dengan rasa was-was sang adik mengakui perbuatannya dengan terus terang kepada ibunya. Si ibu pun mengampuni kesalahannya dan menasehatinya agar dikemudian hari ia lebih berhati-hati dalam mengerjakan tugasnya.
Hari Senin berikutnya, ketika mereka kembali beangkat kesekolah bersama-sama, kakaknya, si sulung mulai menodongnya lagi dengan ancaman yang sama. Karena si adik sudah terlebih dahulu terbuka dan mengakui kesalahannya kepada ibunya, si adik sudah merasa tidak perlu takut lagi terhadap ancaman sang kakak tersebut. dan dengan tegas ditolaknya permintaan si kakak.
Dari ilustrasi diatas kita bisa menarik pelajaran khusus, bahwa keterbukaan mencegah dan tidak memberi tempat kepada iblis untuk berpijak. Tuduhan-tuduhan yang dilancarkan iblis terhadap diri kita tidak ada kuasanya. Yang membuat iblis merongrong hidup kita adalah karena tidak adanya keberanian didalam diri kita untuk terbuka. Iblis akan mempunyai kekuatan apabila kita berusaha menyembunyikan dan menutup-nutupi kesalahan dan dosa kita dihadapan Tuhan. Tetapi keterbukaan membebaskan kita dari tuduhan-tuduhan iblis yang mencoba menjatuhkan kita.
  • Keterbukaan sama Dengan Memberi Tempat Bagi Firman Allah Berkarya
Yohanes 11 : 1 - 44 mengisahkan perihal kematian Lazarus yang sudah empat hari berada dalam kubur. Ketika Tuhan Yesus tiba di Betania, ia disambut dengan tangisan oleh Maria dan Martha. Mereka berkata kepada-Nya"Kalau Engkau ada disini, tentulah Lazarus tidak akan mati."
Lazarus adalah saudara laki-laki Maria dan Martha.
Lalu Tuhan Yesus berkata kepada Martha." Saudaramu akan bangkit."
Berkatalah Martha kepada-Nya, "Aku tahu dia akan bangkit pada akhir zaman."Martha tidak menangkap makna yang sebenarnya yang disampai oleh Yesus. Yesus berkuasa atas maut dan Dia sanggup membangkitkan orang mati tanpa menanti sampai akhir zaman.

Kemudian Yesus pun berkata kepadanya, "Akulah Kebangkitan dan Hidup, barang siapa percaya kepadaKu, ia akan hidup walaupun ia sudah mati." sesudah itu Ia memerintahkan untuk mengangkat batu yang menutupi kubur itu dan kemudian membukanya. Kita tahu bahwa mayat yang sudah empat hari didalam kubur pasti baunya busuk ketika dibuka. Memang ada bau busuk yang akan keluar, dan itu hanya seketika. Tetapi yang lebih penting adalah mayat yang keluar. Sebab yang jauh lebih penting adalah mayat yang dikeluarkan itu hidup. Sedang bau busuk merupakan masalah yang tidak terlalu penting. Yang sangat penting adalah Lazarus yang tadinya sudah mati sekarang hidup kembali. Memang ada suatu harga yang harus dibayar untuk suatu keterbukaan.
Ketika batu kubur diangkat, berfirmanlah Yesus, "Lazarus,marilah keluar!" Dan keluarlah Lazarus dari dalam kubur itu.Dia bangkit dari matinya. Dia hidup.
Kalau kita berani terbuka, kuasa firman Tuhan akan dinyatakan dan Tuhan sendiri akan berkarya didalam hidup kita. Seberat apapun persoalan yang sedang saudara hadapi, bukanlah pintu hatimu apabila ia mengetoknya. Berilah kesempatan kepada-Nya untuk masuk agar Dia duduk bersama dengan kita dan kita bersama dengan Dia.
Keterbukaan membuat orang lain tahu kelemahan dan kekurangan kita. Ini akan membuat kita menjadi tidak sombong. Keterbukaan juga merupakan sebuah pagar yang baik untuk memagari diri kita. Keterbukaan memberikan kesempatan kepada firman Allah yang hidup untuk mengubah dan memperbaharui kehidupan kita.
  • Keterbukaan Membuat kita Memperoleh Jawaban Didalam Hidup kita
Didalam kitab 1 Raja-raja 10 : 1-3 ditulis disana tentang Ratu Syeba yang datang kepada Raja Salomo hendak mengujinya denganteka-teki. Sebelum dia mengajukan banyak pertanyaan kepada salomo, Ratu Syeba ini menceritakan terlebih dahulu segala sesuatu yang ada di dalam hatinya. Dengan demikian akhirnya tidak satupun teka-teki yang diajukan oleh Ratu Syeba yang tidak dapat dijawab oleh Raja Salomo.
Ratu Syeba adalah Ratu negeri selatan. Dia datang kepada Raja Salomo yang artinya katanya adalah damai. Raja damai yang sesungguhnya itu adalah Tuhan Yesus. Sedang Ratu Syeba menggambarkan gereja Tuhan yang memerlukan jawaban. Gereja Tuhan harus mau datang dengan penuh keterbukaan kepada Raja Damai,Tuhan Yesus Kristus.
Didalam kehidupan setiap orang tentunya ada teka-teki. Rasul Pulus pun mempunyai teka-teki yang sedemikian, "Aku hendak berbuat baik, tetapi yang jahat sudah mendahuluiku."
Mugkin kita pernah berkata, "Kenapa suamiku tidak kerasan dirumah?"Atau yang lainnya berkata, "Sampai hari ini mengapa aku belum mendapatkan jodoh,"dan lain sebagainya.
Setiap orang tidak akan sama persoalan hidupnya, tetapi jawabannya sama adalah Yesus. Yesuslah jawaban hidup kita. Keterbukaan adalah langkah pertama didalam pemulihan jiwa yang terluka. Langkah selanjutnya yang tidak kalh pentingnya adalah mau mengampuni.

MENGAMPUNI

Langkah kedua untuk bisa keluar dari kepahitan atau luka-luka batin setelah keterbukaan adalah mau mengampuni. Kita harus mau mengampuni orang yang pernah menyakiti hati kita, siapa pun mreka. Tuhan Yesus mengajarkan kepada kita untuk mau mengampuni orang yang bersalah kepada kita. Sebab jika tidak mau mengampuni orang yang bersalah kepada kita, maka Bapa yang di sorga tidak akan mengampuni kita ( Matius 6 : 12,14,15; 5 : 23-25 ). Tetapi kenyataannya, masih ada banyak orang Kristen yang memendam dendam dan juga benci di dalam hatinya. Dendam dan benci dalam hati mereka merupakan racun yang mematikan didalam kehidupan kita.
Keterbukaan dan mengampuni adalah dua perkara yang saling bertaut satu dengan yang lainnya.
Keterbukaan dan mengampuni adalah jalan utama menuju pemulihan jiwa yang terluka.
Kesulitan kita di dalam mengampuni sering disebabkan karena kita tidak bisa jujur terhadap diri sendiri. kita tidak mau jujur menerima perbuatan Yesus diatas Kalvari yang mau mengampuni tanpa syarat terhadap orang yang sudah berbuat jahat terhadap diri-Nya. Ketidak jujuran kita sebenarnya merupakan kekurang-percayaan kita terhadap Yesus.
Apabila kita tidak mau mengampuni, maka keadaan tidak mau mengampuni itu akan dipakai oleh iblis sebagai temapt bagi kakinya untuk berpijak didalam hidup kita.
Dendam dan kebencian sama dengan memberikan tempat bagi iblis untuk berpijak. sedang mengampuni sama dengan memusnakan tempat iblis berpijak.

Dengan cara bagaimana kita mengampuni?
  • Berdoalah bagi orang yang pernah melukai jiwa kita
  • Mintalah didoakan Hamba Tuhan untuk mencabut akar pahit
Pelayanan konseling klik disini