Mazmur 1 : 1-3

Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri dijalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencomooh,
Tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam.
Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil

II Timotius 2 : 15 - 16

Usahakanlah supaya engkau layak di hadapan Allah sebagai seorang pekerja yang tidak usah malu, yang berterus terang memberitakan perkataan kebenaran itu.
Tetapi hindarilah omongan yang kosong dan yang tak suci yang hanya menambahkan kefasikan

Mengenai Saya

Selasa, 26 Mei 2009

Ukuran Iman Bukanlah Aktifitas

DALAM Injil Matius 13: 1-9 Yesus berkhotbah tentang benih yang ditabur. Benih yang jatuh di pinggir jalan akan dimakan burung sampai habis. Benih yang jatuh di tempat berbatu dan tanahnya tipis, akan tumbuh namun segera mati karena tidak berakar. Sementara benih yang jatuh di tanah yang baik akan berbuah puluhan atau ratusan kali lipat. Dari perumpamaan ini kita menemukan suatu fakta yang dikatakan Tuhan Yesus, yaitu tentang orang yang datang untuk mendengar firman tentang kerajaan sorga.

Ada orang yang sering mendengar firman Tuhan. Dalam arti dia rajin ke gereja, aktif di persekutuan. Di mata orang lain, aktivitas kerohaniannya bagus. Penilaian ini makin diperkuat oleh anggapan selama ini bahwa orang yang sering terlibat dalam persekutuan ibadah itulah yang baik. Padahal belum tentu juga. Sering terjadi, bahwa di antara orang yang duduk mendengarkan firman Tuhan itu, ternyata ada yang tidak mengerti tentang kebenaran firman itu. Mereka hanya mendengar tetapi tidak mengerti. Apa yang dibicarakan tentang kerajaan sorga, atau apa sebenarnya yang dituntut Allah dalam hidup, mereka tidak mengerti.

Sebagai orang beragama dia beribadah. Karena dia seorang Kristen, maka dia ke gereja. Tetapi Alkitab mengatakan orang-orang seperti ini belum dapat dikatakan sebagai seorang Kristen. Karena Kristen sebenarnya mempunyai arti yang sangat indah, yakni Kristus kecil, atau pengikut Kristus. Bila seseorang disebut Kristen hanya karena agamanya, itu sah-sah saja, karena itu berupa identitas atau pengenal. Kalau seseorang disebut Kristen hanya karena dia ke gereja, itu pun sah-sah saja karena gereja adalah tempat ibadah orang Kristen. Persoalannya, apakah dia Kristen di hadapan Tuhan, ini yang jadi masalah dan pergumulannya.

Orang yang mendengar firman tentang kerajaan sorga, tetapi tidak pernah mengerti, pada dasarnya hanya menjadi penggembira. Ke gereja hanya untuk memuaskan diri, bukan mau memuaskan Tuhan. Dia tidak peduli firman yang diberitakan itu seperti apa, bisa dipertanggungjawabkan atau tidak. Yang penting enak didengar, dan membuat senang. Dia tidak punya suatu standar bahwa firman Tuhan ini adalah yang sesuai dengan Alkitab. Orang ini beribadah hanya karena dia seorang Kristen. Dia selalu duduk untuk mendengarkan firman Allah, karena dia ingin disebut sebagai orang yang beragama, seorang yang percaya pada Tuhan. Dia tidak mau disebut orang kafir. Dia perlu suatu status keagamaan.

Melihat kuantitas aktivitas rohaninya yang tinggi, dari persekutuan satu ke persekutuan lain, dari gereja satu ke gereja lain, orang lain mungkin sangat kagum padanya. Di gereja bisa saja dia terlihat sangat rohani, namun di tempat kerja langsung “lupa” kalau dia seorang Kristen. Sepak terjangnya bahkan membuat orang bertanya-tanya, “Dia ini kan rajin beribadah atau ikut persekutuan. Tapi hidupnya tidak karu-karuan, tidak mencerminkan kebenaran firman Tuhan.” Kenapa hal ini bisa terjadi? Jawabannya sederhana, karena apa yang dia kerjakan tidak lebih dari hanya aktivitas. Inilah yang disebut sebagai iman aktivitas.

Berani mengoreksi

Iman aktivitas adalah iman yang tidak sejati, yang hanya terikat pada tradisi kekristenan. Dia hanya menjalankan kewajiban keagamaan pada waktu beribadah. Tetapi waktu masuk ke ruang kerja, waktu bertemu dunia, dia langsung berubah dan kembali menyerupai bentuk aslinya. Berapa banyak orang yang menggunakan topeng seperti ini di dalam gereja, dan berapa banyak pula pendeta yang tertipu oleh model iman seperti ini. Orang-orang ini hanya ingin mendapatkan pengakuan keagamaan supaya disebut orang beriman, dan bahkan mungkin akan mau membayar berapa pun untuk status ini supaya orang kagum pada dia.

Oleh karena itu kita perlu keberanian mengoreksi keberadaan diri kita. Kita perlu berani jujur di hadapan Tuhan yang tahu hati dan pikiran kita, yang tahu kualitas kita. Itu sebab DIA berkata, “Orang-orang itu adalah orang yang mendengarkan firman tentang kerajaan sorga tetapi tidak mengerti.” Perlu keberanian dari gereja untuk menegur dan mengingatkan jemaat. Sampaikan dengan cinta supaya dia tidak terjebak dalam iman aktivitas, yang hanya sekadar mengejar status keagamaan.

Iman aktivitas sering menjadi batu sandungan, bukan menolong tetapi menjatuhkan kekristenan. Di sini kita perlu hati-hati, dan memerhatikan bagaimana kita di tempat kerja. Beranikah kita mempertaruhkan seluruh hidup di dalam iman kepada Anak Allah? Beranikah kita bertindak dan berperilaku seperti yang menjadi tuntutan dan kehendak-Nya? Atau sebaliknya, apakah kita punya standar dan keyakinan sendiri sehingga melakukan yang kita sukai? Apakah kita juga terjebak pada konsep dan cara yang sama sehingga kita menjadi orang-orang Kristen yang pergi ke gereja demi identitas kekristenan, atau demi kewajiban keagamaan?

Oleh karena itu jangan main-main, jangan hanya sekadar menjalankan panggilan keagamaan maka kita beribadah. Tetapi di sanalah kita akan bertemu secara pribadi dengan DIA, berdialog dengan DIA yang tahu hati dan pikiran kita. Berdoalah, minta tolong agar Tuhan membersihkan hati dan pikiran kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar